Lintang Waktu

Inya Sidhyadahayu
Chapter #1

Prolog

Rasanya muak.

Gelora di hati seorang gadis kecil bernama lengkap Anneta Davishya Arishanti, kembali menggebu-gebu. Kegelapan pekat hadir dalam hidupnya tat kala harus menerima kenyataan pahit secara bersamaan saat ini.

Anneta ingin sekali memberontak, hatinya seperti dijerat rantai yang berat ketika pertanyaan itu kembali dilayangkan kepadanya. Pertanyaan yang sesungguhnya sangat ia benci. Ia sangat gusar ketika harus memilih salah satu diantara mereka.

"Ann, jawab yang jujur. Kamu mau tinggal sama Papi, kan?" tanya pria paruh baya itu.

"Nggak! Ann bakal tinggal sama aku," ucap Ariel—sang Ibu sembari menarik lengan mungil Anneta agar mendekat ke arahnya.

Pria paruh baya itu kembali menarik Anneta dari dekapan Ariel sebagai tanda tidak terima. "Enak aja. Yang ada, Ann bakal tinggal sama aku. Kamu itu bukan sosok Ibu yang baik buat dia!"

"Kurang ajar kamu! Kamu sendiri nggak becus jadi Ayah. Kamu nyari wanita lain di luar sana. Keterlaluan!"

"Brengsek!" teriak pria paruh baya itu. Dia mengepal tangannya kuat, memperlihatkan buku-buku jari dengan sangat jelas. Jika saja putrinya tidak ada di sini, mungkin ia sudah menunjukkan kemurkaannya kepada Ariel.

Ariel memalingkan wajah dari suaminya, "Ann, kamu sama Mami aja, ya?" ajak Ariel langsung.

Hati Anneta merasakan sensasi yang hebat ketika pertanyaan dan semua perkataan kasar itu tertangkap oleh kedua telinganya. Seakan ada batu besar yang menghantam dada, meninggalkan rasa sakit yang teramat dalam.

Anneta kecil itu melepaskan diri dari cegatan kedua orang tuanya dan memilih untuk pergi meninggalkan mereka, sekedar hanya untuk meluapkan tangis dan emosi. Hatinya terasa sangat perih, bagaikan tergores suatu benda yang sangat tajam. Gadis itu baru saja berjalan beberapa langkah dari rumah, dan mendapati sahabatnya sudah terlebih dahulu berdiri di depan pintu gerbang rumahnya.

"Ann? Ann nggak apa-apa?" tanya Amar yang berjalan langsung mendekat ke arahnya.

Anneta meraih tangan Amar, membawanya pergi dari rumah. Mungkin benar jika Amar bertanya-tanya. Ada apa dengan sahabatnya itu sekarang?

Lihat selengkapnya