Lipstik ~Novel~

Herman Sim
Chapter #2

Hujan Senja Bikin Riang

Sinar cahaya kecil matahari masuk lewat celah-celah rerimbunan dedaunan pepohonan sepanjang tepian jalan. Tapi bukan berarti siang menjelang senja itu masih berkuasanya terik sinar matahari. Lihat saja dilangit cerah mulai datang keangkuhannya serpihan gumpalan awan gelap.

Mungkin benar, jika Kota bogor dijuluki kota hujan, dengan intensitas hujan yang tinggi dan sering turun secara tak terduga setiap waktu.

Hujan tetap turun setiap waktu dan kapan saja akan datang membasahi mengulik relung sukma pemilik jiwa setiap penduduk Kota Bogor. Bahkan, Kota Bogor kerap mengalami hujan saat musim kemarau. Karena Kota Bogor berada di wilayah tinggi dengan ketinggian sekitar 190-330 meter di atas permukaan laut.

Suhu di Kota Bogor termasuk rendah, berkisar antara 21-26 derajat celcius. Suhu yang rendah membuat cuaca di Bogor terbilang cukup sejuk. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika, Kota Bogor memiliki musim kemarau yang lebih pendek dibandingkan kota-kota lain.

Karena letak geografis Kota Bogor dikelilingi oleh beberapa pegunungan, yaitu Gunung Gede, Gunung Salak, dan Gunung Pangrango. Dengan dikelilingi wilayah pegunungan, Kota Bogor kerap dilanda hujan orografis, hujan yang terjadi karena udara yang mengandung uap air terhalang oleh pegunungan.

Tersenyum mendongak wajah ceria menatap langit. Langit mulai menghitam membayar dengan senyuman bulir-bulir rintik hujan memabasahi wajah Putri.

Tersenyum sesaat melupakan kemarahan, berputar-putar seraya menari-nari bersama rintik hujan makin deras.

Makin basah lepek seluruh seragam putih abu-abu. Tas ransel hitam dan serta sepatu kets hitamnya berapa kali terhentakan genangan air menyiprat kewajahnya makin tersenyum basah berselimut bahagia.

Angin makin terasa basah, makin membawa serpihan rintik-rintik hujan mendarat kesemua penjuru Kota Bogor. Makin terasa kesejukannya menghujam setiap relung sukma jiwa terbuai nyaman dalam setiap pelukan.

Rerimbunan dedaunan makin berpesta riang karena derian rintik hujan makin deras turun dari langit kepunyaan Sang Pencipta.

Genangan air makin terasa merasuki pada setiap relung telapak kaki basah walau terbungkus berbagai macam dan model alasnya.

Seraya makin tersenyum mendongkak menatap langit makin terhalang segelintiran awan kelabu nan gelap.

Makin terasa ingin memuja sesaat melepaskan kemarahan hati, seraya tersimpul senyuman memuja Sang Pemilik Segalanya yang kini masih mempertontonkan festival langit menurunkan rintik milyaran hitungan second air surgawainya.

Motor besar warna merah cabe sudah berhenti dibelakang. Masih tanpa disadari gadis berseragam putih abu-abu yang masih asyik bermain hujan.

Dari balik helm warna hitam, hanya tersenyum seraya mengagumi Putri sesaat berbalik tidak lagi menari-nari bersama rintik hujan.

Cowok tampan berjaket hitam basah dan sudah lepek seragam abu-abu panjangnya, apalagi sepatu kets putihnya.

Motor besar sudah bermandikan rintik hujan di biarkan saja sendiri tidak lagi diduduki gagah Oscar, pemililknya.

"Putri?" pelan tetapi terdengar halus panggilan dari bibir tipis sudah bercampur rintik hujan.

Sejak lama sudah Oscar menyukai Putri yang belum juga memutuskan hatinya untuk berpadu pada hati lelaki yang kini berhadapannya basah-basahan juga.

"Loe, Car?" balik sahut Putri tersimpul malu wajahnya masih basah rintik hujan.

Lihat selengkapnya