BAB 4
Mahasiswa
Mate-matika adalah mata pelajaran membosankan, sebab aku tidak begitu tertarik dengan hitung-hitungan. Selama mata pelajaran mate-matika, aku selalu menatap jam di atas papan tulis dan lima menit terasa begitu lama berlalu. Seakan ingin mengambil jam dinding tersebut, dan memutarnya dengan cepat. Kepalaku bertambah pusing, ketika bu Santi tidak bisa hadir. Mata pelajaran bahasa Indonesia di ganti dengan mata pelajaran mate-matika, rasanya aku ingin keluar dari ruangan kelas.
Suara pukulan lonceng pergantian mata pelajaran terdengar, seperti terlepas dari sebuah cobaan berat. Aku langsung berlari keluar ke kamar mandi, karena bosan mendengar pelajaran mate-matika yang membuat ngantuk. Berbunyi lonceng pulang semua bergegas untuk pulang, aku ingin merapikan kamar tidur sebelum mahasiswa dari kota datang. Ternyata setelah sampai di rumah, ibu sudah terlebih dahulu merapikan kamarku. Begitulah memang ibu suka bersih-bersih rumah, apa lagi kalau tamu ingin datang supaya betah tinggal. Orang tuaku percaya, bahwa tamu yang menginap di rumah adalah rezeki jadi harus di buat nyaman.
Beberapa jam kemudian, terdengar suara ayah sambil memanggil ibu. Aku bergegas keluar bersama ibu, ternyata ayah datang bersama bapak Muhammad dan seorang yang mungkin adalah mahasiswa. Ayah menyuruh menyalam orang tersebut, ia memperkenalkan namanya adalah Simal. Ternyata betul, ia adalah mahasiswa dari kota yang diceritakan ayah. Tampak kulitnya sawo matang, rambut pendek lurus, tidak gemuk dan tidak kurus. Dia memiliki tinggi hampir sama dengan ayah. Kami duduk ke dalam rumah, ibu bergegas ke dapur membuat minuman.
“Nak Simal gak usah malu-malu selama tinggal di sini. Di rumah ini hanya ada bapak, ibu dan anak kami semata wayang Saga” kata Ayah. “Nak Simal nanti tidur bersama Saga” kata ibu sambil berjalan membawa minuman. “Ooo iya bu, aku juga sambil punya teman cerita kalau mau tidur” kata bang Simal.
“Ehh Simal, kau ceritakan maksud tujuanmu ke desa ini” kata pak Muhammad “Aku itu punya tugas skripsi dan melakukan penelitian di desa ini” kata bang Simal. “Skripsi itu apa ya nak. Soalnya ibu hanya tamatan SMP, jadi kurang tau apa itu skripsi” kata ibu. Bang Simal tersenyum dan berkata, “skripsi itu bu, salah satu syarat untuk bisa dapat gelar sarjana. Jadi Skripsi isinya sebuah data yang di dapat melalui penelitian, kebetulan bu lokasi penelitian saya di desa ini.”
“Jadi kau mau meneliti apa di desa kami ini nak Simal?” kata ayah. Aku mau meneliti tentang Budaya mendidik anak di desa ini pak. Jadi saya sangat berharap bapak membantu memenuhi data yang ingin saya ambil selama satu bulan ini pak.” Kata bang Simal sambil tersenyum. “Dengan senang hati akan membantu semampu kami” kata ayah.