LIRIK LANGIT

Danri AS
Chapter #5

BAB 5 - Kolam Ikan

Aku pulang sekolah, ibu sedang memasak daun singkong dan ikan teri. Ibu menghidangkan makanan di meja, kerupuk yang di dalam toples kami makan bersama. Setelah makan siang selesai, aku, ayah dan bang Simal pergi memberi makan ikan ke kolam. Selain berladang ayah juga mempunyai sepetak kolam ikan, berisi ikan mas dan ikan nila. Kami pun pergi bertiga naik sepeda motor ayah. Aku duduk di tengah, sembari membawa pellet, untuk makanan ikan.

Sesampainya di kolam, ayah menaburkan makanan Ikan. Bang Simal berdiri di samping ayah, sambil melihati ikan di dalam kolam. Ayah pergi ke gubuk mengambil cangkul, sebab pinggiran kolam retak akibat hujan deras tadi malam. Ayah memberikan cangkul kepada bang Simal, satu cangkul lagi untuk ayah. Aku disuruh ayah menemani bang Simal. Ia di suruh ayah mengambil tanah untuk menimbun pinggiran kolam yang retak.

Bang Simal mencangkul tanah, kemudian membuat ke dalam karung. Ketika ia mengangkat karung berisi tanah, dia terperosot masuk ke dalam kolam. Bang Simal basah kunyuta. Ayah dan aku langsung berlari ke arah kolam.

Ayah mengulurkan tangan, menarik bang Simal keluar dari dalam kolam. Ayah bingung kenapa bang Simal bisa di dalam kolam. Bang Simal mengatakan, pinggiran kolam yang dia pijak licin dan kemudian terperosot. Bang Simal juga mengatakan, ia memang belum pernah kerja di ladang. Karena lahan pertanian di kota tidak ada. Setelah jatuh dari kolam, bang Simal masih semangat ingin melanjutkan kerja.

Ia memakai sandal, ingin bergegas ke tempat mengambil tanah. Ayah menyuruh bang Simal melepas sandal, sebab kalau kerja memang sandal selalu di lepas.

Selesai memperbaiki pinggiran kolam, ayah mengajak membersihkan badan dari lumpur kolam. Kami pergi ke sumur dekat kolam, tempat ayah mandi jika malas mandi di rumah. Bang Simal langsung membuka pancur air yang terbuat dari bambu. Air sumur pun keluar dengan kencang. Bang Simal berada di bawah pancur, ia mandi seperti seorang anak-anak. Menikmati segarnya air sumur, karena airnya bersih dan membuat badan terasa segar.

Pinggiran kolam selesai di timbun, kami bergegas pulang. Bang Simal berada di belakang ayah, aku duduk di depan ayah. Sepeda motor ayah sudah tua, tetapi masih bisa berjalan baik. Ayah melajukan kereta dengan pelan, sebab kami bertiga.

******

Hari ini adalah hari minggu, menjadi hari kesukaanku. Bang Simal duduk di teras rumah, dan ibu menghampiri sambil berkata “Simal kau tidak pergi ke gereja hari ini?”

Lihat selengkapnya