LIRIK LANGIT

Danri AS
Chapter #10

BAB - 10 Harapan Pupus

Hari ini proses belajar mengajar, diganti dengan kebersihan pekarangan sekolah dan membuat pagar sekolah. Aku, Mikel, Bram dan lima murid laki-laki lainya, di suruh ibu Santi untuk membuat pagar sekolah. Bang Simal juga bekerja bersama dengan kami, membuat pagar sekolah dari bambu yang sudah kami bawa kemarin.

Pagar bambu sekolah memang sudah layak untuk diganti, dan sekali setahun memang pagar sekolah kami diganti. Sekolah kami memang tidak sepeti sekolah lainnya, yang mempunyai petugas untuk memperbaiki pekarangan termasuk membuat pagar. Aku dan kawan-kawanku yang lain sudah terbiasa gotong royong bersama, membersihkan pekarangan sekolah dan membuat pagar. Gotong royong mengajarkan kami untuk saling tolong menolong tanpa mengharapkan imbalan. Dari kegiatan gotong royong, kami sadar bahwa pekerjaan yang dikerjakan bersama menjadi ringan dan tidak terasa ada beban.

Mulai aku bersekolah di SD ini, nilai yang aku dapatkan pertama yaitu kebersamaan di bangun lewat gotong royong. Harus bangun pagi cepat untuk bekerja bersama membersihkan ruangan kelas. Kebersihan lingukungan adalah tugas bersama sebagai murid. Bisa di bilang belajar bukan hanya tentang ilmu dari buku atau mata pelajaran. Ilmu tentang rasa tanggung jawab dan sikap tolong menolong.

Bu Santi pernah mengajarkan, pentingnya budaya gotong royong dalam sistem pendidikan. Salah satu contoh, membersihkan ruangan sebelum masuk memulai pelajaran setiap pagi. Membersihkan sampah - sampah yang berceceran di halaman sekolah. Bu Santi juga pernah bercerita, banyak sekolah tidak membebani murid untuk masalah lingkungan sekolah. Murid memang di tugaskan belajar, tetapi ilmu itu akan menjadi racun ketika sikap pengendalian diri tidak ada. Sikap pengendalian diri adalah menggunakan ilmu, untuk kepentingan bersama dan membantu orang lain. Selain untuk belajar, ajaran nilai untuk bisa mengaplikasikan ilmu dengan baik yaitu dengan budaya Gotong Royong.

Pekerjaan selesai, tampak pagar sudah begitu rapi dan warna pagar merah dan putih. Pagar sekolah sudah sangat indah di pandang, seperti bendera Indonesia tampak dari kejauhan. Bu Santi mengapresiasi pekerjaan kami. “Pagar sudah rapi dan indah dengan warna merah putih” kata bu Santi.

Terdengar suara bunyi lonceng pulang, semua bergegas ke ruangan mengambil tas. Aku dan Bram berjalan pulang seperti biasa bersama bang Simal. Kami sangat senang, karena besok hari jumat adalah hari libur. Bang Simal mengatakan kalau libur kami itu biasanya ngapain. Anak-anak di desa Kaja jika hari libur, pergi keladang bersama orang tua. Setelah pulang dari ladang, sore harinya baru bisa bermain.

Ketika di persimpangan jalan kami bertemu dengan kak Nara, kebetulan ia baru pulang dari pajak. Kak Nara membawa sayur - sayuran dan buah-buahan, di dalam kantongan plastik berwarna hitam yang besar. Bang Simal menawarkan bantuan, supaya ia membawa barang belanjaan kak Nara. Dengan malu-malu, kak Nara bersedia di bantu membawa barang belanjaanya. Aku memandang mereka sesekali saling menatap dan senyum. Persimpangan rumah kak Nara telah sampai. Bang Simal hendak mengantarkan sampai ke depan rumah. Akan tetapi ayah kak Nara kebetulan lewat.

Kami sampai di rumah, ayah dan ibu kebetulan sedang duduk di teras rumah. Ayah langsung menanyakan hasil perlombaan pidato. Aku katakan, aku menjadi juara dua. Aku tetap bersyukur meskipun hanya menjadi juara dua. Ibu tetap bangga, pencapaianku merupakan pencapaian yang luar biasa. Aku mengambil hadiah lomba pidato dari dalam tas, dan membukanya di depan ayah, ibu dan bang Simal.

Kubuka kertas kado yang membungkus hadiah, buku tulis dan pulpen adalah isinya. Aku sangat senang di buku ini aku akan menulis pidato hasil karanganku. Setelah itu ibu menyuruh untuk makan siang dulu. Ibu minta tolong padaku dan bang Simal mengantarkan kain robek, ke tempat kak Nara untuk di jait setelah selesai makan siang.

Selesai makan aku pergi menemani bang Simal ke rumah kak Nara. Lagi - lagi di jalan berjumpa dengan Bram, ia meminta ikut ke tempat. Kami bertiga akhirnya pergi bersama ke rumah kak Nara. Kebetulan kak Nara sedang asyik menjait dengan tiga orang karyawanya. Ia terkejut melihat kedatangan kami, karena baru saja berjumpa dengannya.

Bang Simal mengatakan kalau ia di suruh ibu, mengantarkan kain yang robek untuk di jait. Kak Nara menyuruh duduk, ia pergi ke dapur menyiapkan minuman. “Ehhh sejak kapan kau di sini Saga?” kata ibu kak Nara.

Bang Simal menyalam ibu Kak Nara, mereka baru pertama kali berjumpa. Ibu kak Nara memuji bang Simal, mengatakan wajah bang Simal ganteng dan manis seperti bintang film India. Kak Nara datang membawa minuman, Bram langsung meminum teh masnis yang di bawa kak Nara. “Bagaimana hasil lomba pidatonya Saga?” kata kak Nara. Tadi kakak lupa menanyakan tentang itu.

Lihat selengkapnya