Lita Perempuan Iblis

Mohamad Novianto
Chapter #9

Kakak Lita Masih Hidup?

Siang ini Lita tidak konsentrasi mengajar. Sejak dia membuka mata tadi pagi di ranjangnya, dia merasa bukan Asih lagi. Dia biarkan anak-anak didiknya ribut sendiri di kelas. Kadang matanya hanya menatap kosong ke depan. Gambaran kakak dan adiknya, kemudian bapak ibunya, bergantian melintas dalam pikirannya. Lalu ada anak laki-laki bernama Dion yang pernah menjadi harapannya. Kadang terlintas pikiran untuk dia tetap menjadi Asih saja, karena toh sekarang dia sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Dan dia ragu apakah harus berbicara dengan Daud mengenai hal ini.

Di tengah kebimbangannya, Lita dikejutkan suara ribut-ribut di luar kelas. Beberapa anak didik terlihat sedang menunjuk-nunjuk ke arah gerbang. Lita pun penasaran dan keluar kelas. Dari tempatnya berdiri dia melihat keramaian yang berkerumun di depan gerbang.

“Ada apa?” tanya Asih pada santriwati yang lebih muda yang lewat di depannya.

“Tahu tuh Kak, ada orang gila teriak-teriak nyari orang namanya Lita,” jawab santriwati itu sambil menunjuk ke arah gerbang,” Sudah diusir-usir tapi dia nggak mau pergi.”

Lita langsung berlari ke arah gerbang. Disana terlihat makin banyak santri berkerumun. Mereka sedang mengerumuni seorang laki-laki yang berteriak-teriak seperti orang gila.

“Dion…” Suara Lita tercekat. Dia menghentikan langkahnya. Setelah ingatannya kembali, kini begitu melihat laki-laki itu, perasaan itu ikut kembali. Dia pernah merasa ingin menyerahkan segala-galanya buat laki-laki itu.

Belum sempat Lita bergerak, dari kejauhan Dion sudah melihatnya berdiri. Laki-laki itu dengan kencangnya berlari menyeruak kerumunan. Saking kencangnya Dion berlari, dia sampai hampir menabrak Lita saat berhenti. Dion langsung memegang kedua lengan Lita.

“Lita! Ini kamu Lita kan?” suara Dion bercampur dengan engahan nafasnya. Tatapannya tak lepas dari Lita.

“Dion…” Hanya itu yang keluar dari mulut Lita. Dia hanya memandangi Dion, seakan tak percaya akan melihat laki-laki itu lagi.

Dion sempat menoleh ke belakang. Orang-orang yang tadi mengerumuninya, kini mengejarnya, dan mereka tak jauh lagi darinya. Sementara Daud dan kelompoknya baru muncul dari gerbang ikut mengejar.

“Lita dimana kamu tinggal?” cepat-cepat Dion bertanya pada Lita.

Lita menunjuk ke arah bangunan asrama dimana dia tinggal.

“Lita nanti malam…” Belum selesai Dion bicara, orang-orang yang mengejarnya sudah memeganginya dan Daud sudah di depan Dion menghalanginya dari Lita.

“Bung! Lo udah sinting ya, datang ke sini kayak orang gila!” suara Daud lantang menunjuk-nunjuk Dion,”Nggak ada yang namanya Lita di sini! Pergi lo dari sini! Jangan balik lagi ke sini!”

Orang-orang mulai menyeret Dion. Walau tidak berontak, Dion seperti tidak peduli. Kadang dia terjerembab karena didorong banyak orang. Tapi pandangannya tak pernah berpaling pada Lita. Sampai lama-lama dia terseret keluar gerbang. Lita hanya terpaku di tempatnya berdiri, terpana melihat Dion diperlakukan seperti itu.

“Asih, kamu nggak apa-apa?” Daud melihat wajah Lita yang bingung.”Asih, kamu nggak apa-apa kan?” Daud mengulangi pertanyaannya karena Lita masih bengong.

“Nggak… nggak apa-apa Kak Daud,” kata Lita terbata berusaha menutupi kegalauannya.

“Kamu tenang aja, Sih. Orang gila itu nggak bakalan balik lagi,” kata Daud menenangkan.

Lita mengangguk pelan. Dia merasa lebih baik Daud masih menganggapnya Asih.

***

Malam Lita tidak bisa tidur. Perasaannya kuat mengatakan bahwa Dion akan datang malam ini. Pelan dia turun dari ranjangnya. Dengan berjingkat dia keluar kamar. Langkahnya kecil-kecil menuju pintu keluar. Di luar gelap dan dingin. Jauh di keremangan malam, Lita melihat bayangan orang sedang mengendap di balik pagar. Lalu orang itu jelas terlihat saat memanjat pagar.

“Dion…” guman Lita saat melihat orang yang sedang berusaha melewati pagar.

Lita pun berlari kecil ke arah sana, berusaha untuk tidak menimbulkan suara, karena Dion sudah terlihat masuk ke dalam.

Lihat selengkapnya