"Sedikit," jawab Patra jujur.
Cella tidak mengerti apa maksud Patra sebenarnya. Laki-laki itu hanya mengatakan jika ingin mengenal Cella lebih dekat. Artinya Patra sudah tahu tentang kehidupan Cella atau Patra hanya sama dengan laki-laki yang sering mendekatinya sekedar untuk teman kencan.
Bukanlah wanita malam, tapi Cella terpaksa selalu keluar malam karena pekerjaan. Termasuk mendapat gelar yang buruk adalah resiko seorang Cella. Wanita yang sedari tadi mengamati wajah Patra membulatkan mata ketika menyadari laki-laki tampan menyadari ada seseorang yang mengamati dari jarak dekat.
Patra tersenyum, tentu saja membuat hati Cella meleleh seketika. Kupu-kupu berterbangan di dalam benaknya. Burung-burung bersiul mengalahkan suara jangkring yang terdengar.
"Sial! Kenapa dia melihatku seperti itu? Sumpah laki-laki di depanku saat ini benar-benar tampat terlebih jika melihat dari dekat seperti ini," batin Cella.
"Ada yang lucu? Atau kamu biasa tersenyum sendiri?," dengus Cella ketus.
"Cella, apa kamu tidak bisa lembut sedikit? Ini kedua kali kita bertemu dan dua kali juga kamu selalu ketus kepadaku! Ayolah, jangan membuat dinding diantara kita semakin tinggi!," tukas Patra.
"Aku tidak punya alasan untuk berbaik hati kepadamu," ucap Cella santai.
Membuat Patra memincingkan matanya. Dia menatap Cella tajam seolah akan menghabisi Cella saat itu juga. Sementara Cella diam dengan keringat dingin mulai bercucuran. Bagaimanapun dia adalah wanita perawan yang tidak pernah dekat dengan laki-laki manapun. Dia takut hal buruk menimpanya. Mengingat sifat dingin Patra mulai terlihat, Cella berusaha mencairkan suasana kembali dengan tersenyum agar Patra berhenti menatapnya.
Alih-alih berhenti, Patra justru semakin mendekat. Menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Cella. Masih dengan tatapan tajamnya, Patra kemudian mengamati wajah Cella dengan jarak yang sangat dekat.
"Ingin sekali aku menghabisi bibir mungil itu! Eh, stop! Woey Patra sadar! Ingat jika otakmu belum ternoda sedikitpun kenapa sekarang berpikir mesum? Bahkan baru melihat, dia juga belum mendekat! Aarrggghhh!," gerutu Patra dalam hati.
Menyadari kemana arah mata Patra melihat, Cella segera mengibaskan tangannya. Mendorong wajah Patra yang sempat dekat dengannya.
"Aaaa! Dasar otak mesum!," jerit Cella membuat Patra langsung membekap bibir Cella.
"H..umpt lepaskan aku!," ucap Cella dengan susah payah karena tenaga Patra lebih besar daripada kekuatan tangannya.
Untuk menggigitpun Cella ragu karena ada getaran aneh yang mulai terasa. Seperti ingin menikmati kebersamaan bersama Patra, tapi seperti ingin menghindar karena dia tidak mengenal siapa sebenarnya Patra.
"Aku akan melepaskanmu jika kamu berjanji tidak akan berteriak seperti tadi," lirih Patra tepat di belakang telinga Cella membuat bulu kuduk wanita itu berdiri.