"Terima kasih," lirih Cella.
"Sama-sama! Em, apa aku boleh menanyakan sesuatu?," tanya Patra.
"Boleh, tentang apa?," jawab Cella.
Patra berpikir sejenak tentang apa yang akan ditanyakan. Sebenarnya pertanyaannya bisa menyinggung perasaan Cella, tapi laki-laki itu tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.
"Maaf," ucap Patra.
Wanita yang sedang berbaring itu mengerutkan dahi. Patra ingin menanyakan sesuatu, tapi kenapa dia meminta maaf.
"Apa Patra punya salah? Selama ini aku merasa dia baik-baik saja," pikir Cella.
"Apa kamu hamil? Lalu siapa yang menghamilimu? Tiga tahun aku selalu mengikuti kemanapun kamu pergi, tapi belum pernah melihat kamu dekat dengan laki-laki! Apa semua terjadi ketika di bar?," tanya Patra dengan menatap iris Cella penuh harap.
Harapan akan pertanyaan yang sedang mengganggu benaknya. Harapan semoga apa yang ditakutkan tidak menjadi nyata. Serta harapan jika seandainya saat ini Patra sangat menginginkan Cella.
Cella mengerjapkan matanya, tidak percaya akan pertanyaan Patra. Cella merasa dirinya begitu hina karena perkataan Patra. Namun segera menyadari jika laki-laki itu sudah meminta maaf.
"Mungkin minta maaf untuk ini," batin Cella.
"Hei, aku ini masih perawan! Enak saja aku hamil!," gerutu Cella.
Patra tertawa melihat keseriusan Cella. Sepertinya memang wanita itu tidak mungkin melakukan hal bodoh. Masih dengan keraguannya, Patra kembali menanyakan sesuatu.
"Lalu kamu kenapa pusing dan mual? Bukankah itu tanda sebuah kehamilan?," tanya Patra lagi.
"Bisa jadi aku kecapekan atau masuk angin, aku sudah sering seperti ini! Ya, seperti yang kamu tahu jika angin malam tidak baik untuk kesehatan," jawab Cella menjelaskan.
Patra mengangguk tanda setuju dengan jawaban Cella. Namun laki-laki yang kini berada di dekat Cella ingin memastikan lagi apakah benar Cella ham atau tidak.
"Tespeck? Boleh juga dan itu harus!," pikir Patra.
"Bisa kamu tes pakai tespeck?," tantang Patra.