"Ehem," deheman Patra membuyarkan Cella.
"Eh Patra, udah lama di situ? Sejak kapan kok aku nggak tahu," ucap Cella santai.
Masih dengan kedua tangan memegang ponsel, Cella menelan salvinanya saat melihat Patra menatapnya tajam. Seperti elang yang akan melahap mangsanya hidup-hidup.
Patra berjalan mendekat ke arah Cella dan duduk di sebelahnya. Semakin lama tatapan Patra semakin tajam, semakin membuat nyali Cella menciut.
"Cell," lirih Patra.
"Hm?," gumam Cella.
"Kenapa membohongiku?," tanya Patra.
"Membohongi apa?," jawab Cella.
"Kenapa pura-pura tidur?," tanya Patra lagi.
"Em, ak-aku," jawab Cella terbata.
Tawa Cella yang tadi terlihat perlahan memudar berganti wajah lesu dan murung yang sulit ditebak.
"Aku kenapa?," tukas Patra.
"Em aku hanya tidak tahu apa yang kulakukan ketika berdua denganmu dan jarak sedekat tadi," ucap Cella cepat dan langsung memalingkan wajahnya.
"Aku juga," gumam Patra.
Keduanya lalu tertawa lepas ternyata apa yang dipikirkan mereka sama. Di tempat lain tepatnya di depan pintu mama Cella mendengar anaknya tertawa. Wanita separuh baya itu mengerutkan dahi tidak biasanya ada suara laki-laki di dalam rumah.
"Krek," mama membuka pintu bermaksud mencari Cella di kamarnya.
Langkahnya terhenti ketika sudut matanya menangkap laki-laki dengan pakaian formal sedang tertawa bersama Cella. Cella tidak menyadari kehadiran mamanya, tapi Patra yang mendengar langkah orang berjalan segera memutar tubuhnya.
Mama terkejut melihat Patra, begitu juga dengan laki-laki itu. Refleks dia segera mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Mama juga mengulurkan tangan untuk membalas jabatan Patra. Keduanya saling mengucapkan nama masing-masing.