Apalagi yang ingin kukatakan hari ini selain ungkapan aku mencintaimu sepenuh hati
====================================
Melihat keadaan belakang sepi, Patra segera menepikan mobilnya. Cella tidak menyadari hal itu karena sibuk dengan kaca kecil yang diberikan Patra. Sebagai wanita yang mempunyai kodrat selalu menggunakan kaca untuk bercermin, Cella melakukan hal itu.
Setelah di tepi, Patra menghentikan mobilnya. Laki-laki itu mengamati wanita di hadapannya. Tampak manis meski hanya mengenakan kaos pendek dan celana panjang serta sandal jepit.
Cella tidak terbiasa menggunakan barang mahal karena memang dia tidak punya. Sebenarnya wanita itu ingin pergi ke dokter hanya menggunakan kaos, tapi Patra memaksanya agar membawa sweater. Jadilah Cella menurut kepada laki-laki yang akan menjadi pangeran dalam hidupnya.
"Ehem," Patra berdehem.
Hening, tidak ada jawaban dari Cella.
"Ehem," Patra berdehem lagi dengan suara yang lebih keras.
"Eh," ucap Cella.
"Apa sekarang kamu lebih mementingkan benda kecil itu daripada aku yang segede ini?," tanya Patra.
"Maaf," lirih Cella.
Masih dengan melihat wajahnya dengan detail, Cella melihat ada jerawat kecil di pipinya. Wanita itu hendak memencetnya, namun sebuah kecupan singkat mendarat mulus disana.
Wajah terasa panas dan sedikit memerah atau bisa jadi sudah seperti sambal tomat yang panas dan pedas. Ah tentu saja tidak, karena pipinya tidak pedas. Yang pedas adalah bibir Patra yang sembarangan mencium orang.
"Patra!," jerit Cella serta membulatkan matanya.
"Apa," ucap Patra santai.
Patra sama sekali tidak menganggap melakukan kesalahan karena yang dilakukan itu benar menurutnya. Lagi pula mana ada laki-laki yang rela didiamkan hanya karena sibuk dengan benda tidak penting seperti itu.
"Kamu," ketus Cella.
"Iya, aku kenapa sayang?," goda Patra.
"Aarrghhhhkk menyebalkan," gerutu Cella.
"Sudah mainan itunya?," tanya Patra dengan mata melirik benda yang digenggam Cella.
"Itu apa?," jawab Cella polos.
"Itu sayang," ucap Patra.
"Aku tidak mengerti maksudmu, itu mu?," ucap Cella pura-pura tidak mengerti.
"Iya, apa kamu mau?," goda Patra lagi.
"Oh tentu saja tidak, itu milikmu bukan milikku," tolak Cella.