"Aku tidak suka laki-laki perokok," ucap Cella santai.
"Lalu? Tapi kamu menyukai vapor kan?," tanya Patra yang kaget mendengar ucapan Cella.
Yang dia tahu selama ini jika laki-laki tidak merokok maka tidak akan menyandang status gentlement. Bahkan banyak wanita yang menyukai perokok karena menurutnya ***** perokok lebih tinggi daripada yang tidak.
Sering Patra dihina dan dicaci oleh teman-temannya karena hingga detik ini dia tidak pernah menyentuh rokok ataupun alkohol. Jika berada di bar dan dia dihadapkan oleh dua pilihan itu, Patra memilih untuk pulang dengan alasan sakit atau alasan lain. Apalagi jika sudah ada pilihan ketiga yaitu wanita, Patra pasti langsung menjauh dari teman-temannya dan keluar bar.
Pernah dia dijebak bersama wanita oleh teman-temannya karena mereka penasaran kenapa Patra tidak sedikitpun mau melirik kebiasaan mereka. Seharusnya semua itu sudah merupakan kodrat semua laki-laki, tapi Patra berbeda.
Bahkan dia tidak segan-segan barlaku kasar pada wanita jika sejengkal saja berani menempelkan kulitnya di tubuh Patra. Sungguh harga diri yang sangat dijunjung Patra ternyata tidak sia-sia. Nyatanya malam ini dia menemukan wanita yang menyukai kepribadiannya.
"Tidak juga, aku tidak menyukai perokok entah itu manual, elektrik atau apalah. Aku juga tidak suka laki-laki pemabuk, dan lagi aku tidak menyukai laki-laki yang terkesan wellcome kepada semua wanita seperti keset di rumahku yang bisa dipakai siapa saja.
"Haha," Patra tersenyum licik.
"Lalu jika aku hanya wellcome kepadamu apa kamu akan menganggapku seperti keset di rumahmu?," tanya Patra.
"Tidak mungkin laki-laki sepertimu menjaga diri seperti yang kukatakan," jawab Cella.
"Em, kalau begitu ayo kita tes urin bahkan untuk tes keperjakaan sekalian aku tidak keberatan," ucap Patra penuh kemenangan.
"Patra serius dengan ucapannya? Atau dia hanya menguji hatiku saja ya?," batin Cella.
Bahu Cella disenggol laki-laki di sebelahnya. Laki-laki itu lalu menaikkan sebelah alisnya. Heran dimana perginya Cella yang tadi cerewet, kenapa sekarang melamun.
"Cell," ucap Patra seraya menyenggol bahu untuk kedua kali.
"Ah ya," balas Cella.
"Kenapa diam?," tanya Patra.
"Tidak papa, lajukan lagi mobilnya aku malu dilihat orang menepi di pinggir jalan seperti ini," tukas Cella.
"Baiklah," ucap Patra sembari menghidupkan mobilnya.
Patra mengemudikan mobilnya dengan santai, laki-laki itu sudah menghabiskan waktu satu jam semenjak pergi dari rumah Cella. Berarti waktu bersama Cella sudah berkurang, dan dia tidak mau kebersamaannya cepat berlalu.
"Mau kemana?," tanya Cella.
"Ke taman," jawab Patra.