Tahun ajaran baru di Beauté Dance Academy resmi dimulai sehari setelah Helen tiba di dorm sekolah. Seperti kebiasaan di sekolah itu, setiap tahun ajaran baru akan diadakan kegiatan sambutan di aula. Aula Beauté Dance Academy yang biasa dipakai untuk kegiatan privat murid-murid tidak dapat memuat lebih dari dua ratus orang. Namun, ada ruang tembusan yang tertutup pintu sliding dan balkon di atas aula. Jika ingin mengadakan acara pentas seni terbuka, ruangan dengan panggung superbesar ini dapat memuat lebih dari seribu lima ratusan orang.
Hari itu sekitar pukul tujuh pagi, Helen dan teman-teman sekamarnya telah bersiap-siap menuju ke aula yang berjarak sekitar dua ratus meter dari dorm. Acaranya dimulai jam 07.30, tetapi mereka bertiga suka mendapat tempat duduk yang nyaman, sehingga mesti berangkat lebih awal.
Beberapa menit kemudian, ketiga cewek itu sampai di aula. Mereka bertiga duduk berjajar di salah satu kursi panjang baris keempat. Andaikan hari itu mereka menggunakan tutu dan mencepol rambut di atas kepala, tiga cewek itu pasti sudah seperti anak kembar. Mereka mempunyai tutu warna pink muda yang modelnya sama persis. Sayangnya, hari itu aturan sekolah mengharuskan mereka untuk mengenakan baju kasual. Alhasil, Helen, Vivian, dan Jenna mengenakan kaus dan celana jeans seperti biasa.
Sebelum acara dimulai atau ada seorang guru yang menenangkan, kondisi di aula pasti riuh rendah karena banyak anak-anak yang saling mengobrol. Dengan kondisi seperti ini, Vivian pun tak dapat menahan dirinya untuk ikut berbincang-bincang bersama Helen dan Jenna.
"Guys, menurut kalian pentas seni tahun ajarannya kapan, sih?" tanyanya iseng.
Helen mengedikkan bahu. "Nggak tahu juga. Mungkin sekitar akhir minggu kali, ya? Anak-anak yang tahun pertama kan butuh waktu agak lama buat pelajari satu tarian utuh, meskipun koreografinya cuma simpel."
"Ih, aku jadi nggak sabar lihat penampilan dedek-dedek unyu, astaga," timpal Jenna sambil menempelkan kedua tangan di samping pipinya sendiri.
"Hahaha … bener, bener. Biasanya anak tahun pertama penampilannya masih polos-polos gitu," sahut Vivian sambil tertawa.
"Menurut kalian jurusan modern dance bakal ngasih penampilan yang gimana, guys?" tanya Helen iseng. Ia biasanya tak terlalu tertarik dengan modern dance, karena baginya itu tidak berseni. Namun, sekarang ia punya kenalan baru di sana. Rasa penasaran akhirnya timbul juga.
"Nggak tahu, Len. Paling remake dari hiphop dance kayak biasa. Kalo nggak, ya represent K-Pop dance. Kayak biasalah pokoknya. Kayak video-video yang sering lewat di top chart YouTube kita. Mainstream banget," jawab Jenna tak tertarik. Jenna merupakan salah satu cewek yang paling fanatik dengan balet di jurusannya.
Helen tak menyangkal, karena ia sendiri juga tidak terlalu tertarik dengan jenis tarian itu. "Iya juga, sih."
"Eh, tapi, guys, cowok di jurusan hiphop, tuh katanya banyak yang ganteng, loooh. Masa kalian nggak penasaran, sih?" ujar Vivian mengompori. Cewek itu akhir-akhir ini sedang gencar-gencarnya mencari cowok ganteng.
"Ganteng apa gunanya juga? Entar pas tua juga ujung-ujungnya keriput," cemooh Helen. "Lagian penari-penari hip hop itu biasanya nggak bakal bertahan sampe tua. Bandingin sama penari balet, deh. Banyak yang masih nari sampe umur empat puluh lima puluhan. Kita, tuh punya cahaya yang nggak akan kemakan usia." Helen menegakkan punggung dengan percaya diri ketika mengatakannya.
"Ih, kalo buat Helen mah yang paling ganteng tetep Ko Hans. Nggak bisa tanya sama dia, deh," goda Vivian sambil mencebikkan bibir.
Helen melengkungkan alis sambil memanyunkan bibir. Kemudian, ia memukul lengan Vivian dengan keras. "Jangan ngomong sembarangan, deh Vi. Entar mulutmu kujahit lama-lama," ancamnya.
Vivian spontan mengusap lengannya sambil mengerucutkan bibir. "Sensitif, deh," ujarnya.
Sambil masih memanyunkan bibir, Helen kembali duduk menghadap ke depan dan tidak memedulikan Vivian.
Beberapa saat kemudian, kepala sekolah Beauté Dance Academy, Miss Efa menaiki podium dan berdiri di belakang mimbar. Ia mengetuk mikrofon beberapa kali. Dalam sekejap, ruang aula yang penuh dengan suara gemerisik murid-murid pun menjadi hening.
"Selamat pagi, anak-anakku yang terkasih," sapa Miss Efa.
"Pagiii, Miss," sahut seluruh siswa serempak.
"Sungguh suatu kebahagiaan bahwa kita masih bisa diberi kesempatan untuk berkumpul di sini. Dalam acara pada pagi hari ini, saya ingin mengucapkan selamat datang kepada siswa-siswa tahun pertama yang baru saja datang ke sekolah ini. Kemudian, selamat datang kembali pada siswa tahun kedua hingga tahun ketujuh yang masih bertahan di sekolah tari kita yang tercinta ini. Karena semuanya sudah hadir di sini, saya ingin meresmikan bahwa …," Miss Efa menggantung kalimatnya sebentar, "Tahun ajaran baru di Beauté Dance Academy resmi dimulai!"