Jeffrey mengembuskan napas. "Ya, udahlah. Pokoknya kamu nggak usah cerita-cerita tentang pertemuan kita kemarin, Len," simpulnya.
Helen membulatkan mulut membentuk huruf O. Kemudian, ia berjalan melewati cowok itu dan menghampiri sepatu pointe-nya.
"Omong-omong, kamu pemanasan dulu, kan Len?" tanya Jeffrey kemudian.
Helen mengangguk, lalu duduk bersila dan mengambil sepatu pointe. "Iya. Tapi aku jahit tali sepatu dulu, biar pas nari nanti enak. Maaf, ya Ko bikin nunggu bentar." Helen menggigit bibir bawah, merasa agak bersalah.
"Oh, gitu. Nggak papa, Len. Santai aja. Lagian pelatih kita belum dateng, kan?" Jeffrey memandang ke sekeliling studio. Memang tidak ada orang lain selain mereka berdua. Kemudian, cowok itu ikut duduk bersila di samping Helen. Ia mengambil salah satu sepatu pointe yang sedang tidak dipegang Helen.
"Aku pikir sepatu balet, tuh bisa langsung dipake. Ternyata talinya aja masih perlu dijahit sendiri, ya?" tanya Jeffrey sambil mencermati bentuk sepatu pointe.
"Sebenernya bisa, sih Ko kalo mau langsung dipake. Tapi kalo buat latihan lama, apalagi buat gerakan fouettés[1] yang muter-muter gitu, pasti bakal nggak enak di kaki," jelas Helen sambil menjahit tali karet di ujung sepatu.
Jeffrey mengangguk meskipun ia tidak tahu apa yang disebut Helen dengan 'gerakan fouettés yang muter-muter itu'. Ia tidak ingin terlihat lebih bodoh lagi setelah memberi kesan konyol dengan meminjam uang dari seorang cewek yang sebelumnya tidak dikenal.
Jeffrey sebenarnya ingin melakukan sesuatu untuk membantu Helen, tetapi ia tidak tahu cara menjahit. Tidak ada kegiatan menjahit di modern dance. Kalau ia melakukan pemanasan sekarang, mungkin Helen akan merasa dikejar-kejar untuk segera menyelesaikan jahitannya. Akhirnya, cowok itu pun memutuskan untuk mengajak mengobrol lagi.
"Eh, Len. Omong-omong, nanti kita suruh nari apa, ya? Kamu udah tahu belum?"
"Oh, itu." Helen meletakkan sepatu pointe kanan yang baru saja selesai dijahit dan membuat simpul mati di ujung benang. Kemudian, ia pun menoleh ke arah Jeffrey. "Kemarin Ko Hans udah spoiler-in dikit sama aku. Katanya Ko Hans nanti kita bakal nari sejenis balet tapi yang udah diadaptasi gitu. Bakal ada campuran hiphop-nya. Tapi pastinya nanti kita bakal pas de deux di panggung," jelas Helen bersemangat. Ia menatap tajam sepatu pointe-nya, lalu mengambil sepatu kiri dan lanjut menjahit.
Tanpa sadar, Jeffrey tersenyum ketika melihat antusiasme Helen. Namun, tiba-tiba ia tersadar akan hal lain. "Omong-omong, 'padedu' atau apa tadi itu apaan?" tanyanya. Di jurusan modern dance, sama sekali tidak ada istilah bahasa Prancis. Murid-murid di jurusannya juga tidak mendapat pelajaran bahasa Prancis, jadi ia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Helen barusan.
"Nari yang duet cowok sama cewek itu," jelas Helen.
Jeffrey pun ber-'Oh' panjang sambil mengangguk. Setelah itu, ia tidak menanyakan apa pun.
Beberapa saat kemudian, Helen menyelesaikan jahitan tali di sepatu pointe-nya. Ia berdiri dan membawa sepasang sepatu itu mendekati barre, lalu melenturkan posisi alas sepatu menggunakan permukaan barre yang bulat. Kemudian, Helen pun mengenakan sepatu di kakinya dan mencoba melakukan en pointe. Setelah merasa nyaman, Helen berdiri seperti biasa lagi.
"Udah selesai, Ko Jeff. Maaf, ya bikin nunggu," ujar Helen sungkan.
Jeffrey mengibaskan tangan. "Nggak papa. Santai aja."
"Jadi, kita pemanasan sekarang?"
Sebelum Jeffrey sempat menjawab, tiba-tiba terdengar suara pintu yang diketuk. Helen pun berjalan cepat mendekati pintu dan membukanya.
"Eh, Miss Fancy yang ngelatih?" tanya Helen bersemangat begitu bertemu dengan pelatih wanita di balik pintu.
"Iya, Len. Emang kenapa?" tanya Miss Fancy sambil menaikkan sebelah alis.
"Nggak papa, Miss. Seneng aja, hehe," sahut Helen gembira sambil membukakan pintu lebih lebar. Setelah itu, ia berjalan ke tengah ruangan studio dan berdiri di samping Jeffrey.