Minggu itu menjadi waktu yang sibuk bagi semua murid yang mendapat kesempatan untuk mengisi acara pentas seni awal tahun ajaran. Helen dan Jeffrey pun berlatih setiap hari, sejak selesai kelas reguler hingga sebelum makan malam.
Sebagai sekolah formal, Beauté Dance Academy membuat standar kurikulum supaya setiap muridnya mendapat ilmu pengetahuan umum selain mengenai praktek tari. Ada pelajaran biologi, ekonomi, fisika, matematika, bahasa Indonesia, bahasa asing, dan sejarah balet dunia. Meskipun intensitas untuk nilai pengetahuan di ranking akhir tahun tidak sebanyak nilai praktek tari, tetapi pelajaran teori ini juga tidak kalah penting.
Di minggu yang penuh latihan persiapan seperti ini, Helen biasanya akan mengatur jadwal sepadat mungkin. Saat jam istirahat, Helen akan makan siang. Lalu ia masuk kelas dan mengikuti pelajaran. Selesai pelajaran—terkadang Helen juga harus keluar sebelum pelajaran berakhir—ia akan langsung masuk ke studio untuk berlatih. Seusai berlatih, ia kembali ke dorm dan mandi, lalu keluar lagi ke ruang makan untuk dinner bersama teman-temannya. Seusai makan malam merupakan momen yang paling santai. Helen biasanya membaca materi sambil merebahkan diri di kasur. Terkadang ia juga mencatat ketertinggalan pelajaran dari Vivian atau Jenna. Namun, karena mereka bertiga kadang sama-sama harus berlatih sebelum pelajaran berakhir, jadi Helen harus mencari pinjaman dari teman di kamar sebelah.
Setelah berlatih gerakan pas de deux intens selama seminggu, akhirnya gladi bersih pun tiba. Semua pengisi acara mempersiapkan diri di ruang BOH dan menunggu giliran tampil sesuai alur acara.
"Ko Jeff, aku pemanasan dulu bareng temen-temenku di sebelah sana nggak papa, kan? Lagian pemanasan kita beda," ucap Helen sambil melirik ke Vivian dan Jenna yang sedang melakukan pemanasan di dekat barre di pinggir BOH.
Jeffrey yang sedang melakukan peregangan tulang pun menghentikan gerakannya. Ia menoleh ke arah Helen, lalu mengangguk pelan. "Terserah kamu aja, Len."
Helen tersenyum senang, lalu tanpa sungkan berkata, "Oke, Ko. Bye dulu, ya. Entar aku ke sini lagi kalo udah deket-deket giliran kita." Setelah itu, ia berjalan cepat ke kumpulan teman-temannya.
"Ulala. Yang mau pas de deux, nih ya," goda Jenna sambil menyenggol lengan Helen.
Helen mengerucutkan bibir. "Ih, biasa aja juga. Di kelas kan juga semuanya pernah nari pas de deux."
"Ya, tapi kan ini di panggung, Len. Beda banget, dooong." Vivian mengalungkan lengannya di leher Helen, lalu mengajak cewek itu mendekati barre untuk memulai pemanasan.
Helen mendengkus. "Terserah, deh." Ia langsung mengangkat kaki ke atas barre, lalu memulai peregangan.
"Ih, iya, iya. Gitu aja ngambek. Bercanda lagian. Semua murid balet juga pernah pas de deux. Nggak cuma kamu doang," sahut Vivian sambil mencebik. Setelah itu, ia pun ikut menaikkan kaki ke atas barre.
"Eh, omong-omong, pentas kalian nanti gimana? Huhu … sedih banget nggak bisa ikut nonton latihan kalian." Helen melengkungkan bibir ke atas.
"Kelompokku sama Vivian tampilin corps de ballet[1] berdelapan. Yang dari jurusan modern dance ada delapan juga," jawab Jenna setelah ikut menimbrung.
"Iya. Tapi koreografi kita kayaknya nggak sekeren kamu, sih Len. Ceritanya jurusan balet sama jurusan modern dance lagi battle gitu. Nanti kita narinya gantian gitu," ujar Vivian sambil membayangkan gerakan grupnya selama masa latihan yang agak menggelikan. Setelah itu, ia tertawa terbahak-bahak hingga barre portabel yang mereka gunakan nyaris jatuh.
Helen menaikkan ujung alisnya ketika mendengar hal tersebut. Sementara itu, balerina lain yang juga sedang menggunakan barre di sisi lain mulai menggerutu. "Vi, tolong tenang dikit, deh. Kita lagi pake barre juga," protes Sarah, salah satu balerina dari kelompok pentas yang lain.
"Iya, iya. Sorry, Sa," ucap Vivian sambil menghentikan tawanya.
Helen memajukan dagunya sekilas. "Kenapa, sih Vi?"
"Anu. Latihan kita pas di studio kemarin, tuh gerakannya masih kocak-kocak banget. Kolaborasi gini menurutku bukan ide bagus, sih. Apalagi waktu latihannya nggak lama," jelas Jenna sambil tertawa juga.