Setelah hari-hari terlewati, kegiatan murid-murid di Beauté Dance Academy semakin padat. Materi pelajaran semakin kompleks, ulangan-ulangan semakin banyak, ekstra kurikuler dan klub mulai berjalan, dan jadwal latihan tari semakin banyak. Helen berusaha memanfaatkan setiap saat yang ada sebaik mungkin untuk mengerjakan tugas-tugas dari kelas teori supaya ia bisa menambah waktu latihan balet pribadi. Meskipun sudah ada latihan bersama teman-teman sekelas tiap hari, tetapi jika ingin terlihat lebih bersinar dan tampil dengan kemampuan di atas rata-rata, Helen tetap harus berlatih lebih giat dari yang lain.
Tahun ajaran itu, bagusnya Hans menjadi pelatih utama di jam pelajaran praktek balet di kelas Helen. Helen jadi semakin semangat dan perfeksionis jika cowok itu yang memantaunya langsung. Ia selalu ingin tampil sempurna ketika Hans melihat penampilannya. Tatkala cowok itu memberikan pujian atas tariannya, Helen pasti akan merasa hatinya berbunga-bunga dan antusias. Hal tersebut menjadi salah satu motivasi terkuat bagi Helen.
Omong-omong, selain mempertahankan hubungan yang baik dengan Hans, Helen dan teman-temannya juga semakin akrab dengan Jeffrey beserta kawannya. Helen dan Jeffrey masuk dalam lingkar pertemanan satu sama lain hingga mereka lama-kelamaan makin dekat dan mempunyai banyak topik untuk mengobrol. Mereka juga sering bertemu di studio saat jam bebas untuk berlatih tari, meskipun bidang yang mereka pelajari beda.
Di awal bulan Oktober, sekolah-sekolah di kota itu mulai mengadakan acara-acara untuk open house untuk mengenalkan lembaga pendidikan mereka ke masyarakat luas di luar. Sebagai sekolah formal, Beauté Dance Academy juga mengadakan acara ini. Semua guru dan pelatih telah merencanakan berbagai macam kegiatan. Di awal pekan yang seharusnya menjadi waktu sibuk, murid-murid jurusan balet dialihkan untuk berkumpul di studio 1.
Studio 1 merupakan studio tari terbesar yang ada di Beauté Dance Academy. Alat-alat latihan di studio itu juga paling lengkap dibanding dengan studio lainnya. Studio yang dapat menampung semua murid jurusan balet dari tahun pertama hingga tahun ketujuh ini biasanya digunakan untuk berlatih pertunjukan kolosal. Namun, kali itu, para guru menggunakan ruang studio hanya untuk memberikan pengumuman.
"Selamat pagi, anak-anak semua," sapa Miss Fancy selaku panitia open house tahun itu kepada murid jurusan balet yang telah berkumpul di ruangan tersebut.
"Pagi, Miss," sahut murid-murid serempak.
"Jadi, pagi hari ini, saya ingin menyampaikan sebuah pengumuman penting tentang open house yang akan dilaksanakan sekitar akhir Oktober ini. Jajaran guru dan pelatih telah memutuskan untuk mengadakan sebuah pentas seni yang dibuka untuk publik nanti. Pentas seni ini akan melibatkan balerina-balerina terbaik dari kalian," ucap Miss Fancy. Ia membuka map yang dibawanya, lalu membaca notulensi rapat guru. "Kami akan mengadakan pertunjukan balet berangkai dengan durasi kurang lebih satu jam. Akan ada tiga puluh balerina yang berpartisipasi di panggung besar kali ini. Kita nanti akan menampilkan kisah balet klasik yang sangat terkenal. Ada yang sudah bisa menebak?"
"The Swan, Miss?" tebak seorang anak tahun ketiga.
"Betul sekali. Kita mau menampilkan rangkaian pertunjukan The Swan!"
Semua murid yang berkumpul di ruangan itu langsung histeris dan heboh. The Swan selalu menjadi pertunjukan balet yang dinantikan semua orang. Tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menonton pentas The Swan di Indonesia. Bagi para balerina, pertunjukan klasik berangkai seperti ini juga menjadi kesempatan emas untuk unjuk diri.
"Seleksi untuk peserta yang tampil dalam pentas The Swan akan dilakukan lima hari lagi. Untuk anak-anak yang berminat, silakan mengisi formulir yang akan disediakan oleh wali kelas masing-masing. Persiapkan diri dan latihan sebaik-baiknya juga, biar nanti kalian bisa lolos saat tes seleksi," ujar Miss Fancy.
Setelah pertemuan hari itu berakhir, semua murid kembali ke kelas dan berdiskusi heboh untuk membahas metode persiapan masing-masing. Helen, Vivian, dan Jenna juga sangat antusias dengan acara pentas kali ini. Sesampainya di kelas, mereka langsung meminta formulir pada Miss Christy. Namun, wanita itu tidak langsung memberikannya. Miss Christy menyuruh semua muridnya untuk duduk tenang di bangku masing-masing terlebih dahulu.
"Anak-anak, sebelum saya memberikan formulir pentas The Swan kepada kalian yang berminat, saya ingin menyampaikan beberapa hal," ujar Miss Christy. "Pertunjukan The Swan adalah pertunjukan besar. Latihannya akan sangat keras dan padat dibandingkan dengan pertunjukan-pertunjukan kita yang biasanya. The Swan bukan tarian gampang. Selain itu, waktu latihan buat pementasan ini cuma ada dua minggu. Kalian yang ingin mengikuti pementasan ini harus mempersiapkan diri dengan baik dan sedang dalam kondisi kesehatan yang bagus. Saya nggak mau kalo nanti ada yang sakit dan nggak bisa ikut pelajaran reguler gara-gara ikut latihan The Swan. Paham?"
"Paham, Miss," jawab murid-murid cepat karena sudah tak sabar.
"Oke. Jadi, siapa aja tadi yang minta formulir? Jenna, Helen, Vivian, Stefi, Rani, Jonny, Daniel, sama siapa lagi tadi?" Miss Christy menghitung lembaran-lembaran formulir. "Murid-murid lain yang berminat silakan ambil, ya."
Beberapa murid berbondong-bondong mendekati meja guru untuk mengambil formulir. Setelah itu, mereka mengisinya secepat kilat sambil berdiskusi dengan teman-teman dekat, lalu mengembalikan formulir kembali ke wali kelas.