Hari-hari Helen yang dipenuhi dengan jadwal latihan terus berjalan. Latihan balet menggunakan metode mengulang gerakan yang sama berkali-kali hingga balerina bisa melakukan gerakan tersebut seindah mungkin. Ada kalanya Helen bosan dengan kegiatannya seperti ini. Namun, ketika mengingat bagaimana perjuangannya hingga menjadi White Swan dari masa seleksi hingga sekarang, rasanya sayang sekali jika ia mundur hanya karena rasa bosan. Apalagi panggung yang akan digelar sekolah saat pentas The Swan nanti tidak akan main-main. Tampil di panggung besar adalah impian Helen sejak bertahun-tahun lampau.
Malam hari sebelum gladi bersih The Swan dilaksanakan, Helen dan Stephanie berlatih bersama di studio 8. Hari itu, mereka sudah mendatangkan pianis yang akan mengiringi pertunjukan besok lusa. Pianis itu masuk ke studio-studio latihan secara bergilir untuk mencocokkan kondisi dengan berbagai kelompok dan adegan. Karena Helen dan Stephanie menampilkan solo dance, jadi pianis itu berpikir mereka bisa ditangani terakhir karena sepertinya tidak akan memakan waktu yang lama. Jadi, White Swan, Black Swan, dan Pangeran Derek baru kedatangan pianis saat jam delapan malam.
Namun, latihan solo dance White Swan dan Black Swan serta pas de deux mereka dengan Pangeran Derek membutuhkan perhatian lebih intens daripada kelompok corps de ballet lainnya, sebab tiga penari inilah yang akan menjadi objek utama pertunjukan. Karena sang pianis datang saat waktu sudah malam, Helen dan Stephanie pun harus berlatih hingga di atas jam sepuluh. Padahal, mereka sudah stand by di studio sejak pukul enam sore.
Pukul 22.15, mentor balet memutuskan untuk mengistirahatkan semuanya sebentar. Helen pun segera duduk dan bersandar di dinding studio, lalu mengecek handphone yang ia letakkan di atas nakas. Ada beberapa pesan masuk dari WhatsApp. Helen mengecek grupnya dengan Vivian dan Jenna terlebih dahulu.
Jenna: 20.13 Yuhuuu. Akhirnya kita selesai latihan. @Helen Rosaline udah kelar belum?
Vivian: 20.13 Hiyak. Ayo, cepetan balik ke dorm kalo udah kelar. Lanjut besok lagi latihannya, Len.
Jenna: 20.15 Buruan balik, Len. Ada pesta Pop Mie di sini. Bikinnya pake dispenser di luar, wkwk. Asli instan banget.
Vivian: 20.16 Sehat banget Pop Mie-nya. Nggak kaleng-kaleng.
Vivian mengirimkan foto Pop Mie rasa kari ayam yang sudah dimakan sebagian.
Helen tersenyum tipis ketika membaca pesan-pesan tersebut. Pesan-pesan setelahnya berisi omong kosong antara Vivian dan Jenna. Mereka juga sesekali menge-tag Helen. Pesan terakhir dikirimkan pukul 21.40 ketika teman-teman sekamarnya berpamitan untuk tidur terlebih dulu. Helen pun keluar dari roomchat grup teman sekamarnya.
Ada pesan lain di laman WhatsApp, salah satunya dari Jeffrey. Helen mengecek pesan dari cowok itu dulu.
Ko Jeffrey: 21.46 Len, kamu masih latihan, ya?
Seketika, Helen merasa bersalah karena telah menonaktifkan handphone-nya tadi. Apakah Jeffrey sudah menunggunya di depan studio sejak lama? Mereka sudah berjanji untuk bertemu malam ini. Namun, karena jadwalnya terundur, Helen jadi tidak bisa keluar dari studio pada waktu yang sudah ditentukan kemarin. Ia buru-buru menjawab pesan tersebut.
Me: 22.17 Belum, Ko. Ini masih istirahat. Nanti lanjut lagi. Ko Jeff sekarang di mana? Aku temuin aja.
Ko Jeffrey: 22.18 Aku lagi jalan-jalan di sekitar koridor studio, wkwk. Wait. Aku otw ke studio 8.