Selama berbulan-bulan, Helen menghabiskan sebagian besar waktu hidupnya untuk menghadiri kelas dan latihan di studio. Ia masih menyempatkan waktu sebisa mungkin untuk makan dan berbincang dengan Vivian saat di kamar. Cewek itu selalu saja mempunyai topik, mulai dari gosip teman sekelas, kabar tentang Jenna di kamar lorong belakang, tugas sekolah yang belum selesai dikerjakan, guru yang membosankan, kabar dari orang tuanya di rumah, hingga soal belanja perlengkapan balet di online shop. Helen tinggal menanggapi saja apa yang Vivian ucapkan. Hal-hal seperti ini setidaknya berguna supaya hubungan mereka tidak merenggang.
Saat itu, Penilaian Akhir Semester baru saja selesai dilaksanakan. Murid-murid Beauté Dance Academy dengan senang hati bersiap-siap untuk merencanakan acara hang out dengan teman-teman sepermainannya sebelum pulang ke rumah dan kampung halaman masing-masing. Vivian juga sudah menyiapkan agenda acara bersenang-senangnya dengan Helen. Ia memesan jadwal Helen yang padat sejak jauh-jauh hari sehingga temannya itu tidak akan beralasan tidak ada waktu.
Karena sudah membuat planning yang mantap, Helen tentu saja bisa meluangkan waktunya setelah Penilaian Akhir Semester bersama Vivian. Mereka berjalan-jalan ke mall dan berbelanja barang murah di pasar malam. Setelah akhir minggu yang menyenangkan itu, murid-murid akan dipersiapkan untuk mengisi acara pentas akhir tahun sebelum dipulangkan ke rumah masing-masing.
Helen tentu saja tidak mengikuti persiapan pentas sekolah ini. Ia dan teman-teman lain yang mengikuti pementasan The Sleeping Beauty di Gedung Kesenian Jakarta beberapa minggu lagi akan menyiapkan pertunjukan itu semaksimal mungkin. Ia berlatih dari pagi sampai sore dan tidak menghadiri pertemuan di kelas. Di malam harinya, Helen barulah memiliki waktu untuk beristirahat penuh. Terkadang ia masih sempat mengobrol bersama Vivian. Namun, ia juga pernah langsung ketiduran hingga melupakan rutinitas menggosok gigi sebelum tidur.
Pagi hari di pertengahan bulan Desember, hujan deras turun sebelum matahari terbit. Tim penari dan pelatih The Sleeping Beauty dikumpulkan di depan koridor sekolah. Murid-murid lain sudah pulang ke rumah untuk menikmati liburan akhir tahun. Sementara itu, mereka yang akan melakukan pentas di Gedung Kesenian Jakarta masih berjuang untuk selangkah kesempurnaan di atas panggung sekali lagi.
Sebuah bus sudah bersiap sejak pukul 05.30 untuk mengantar orang-orang Beauté Dance Academy ke Jakarta. Semua orang menarik koper dan memasuki bus dengan antusias. Tidak ada yang tidak sabar dengan pertunjukan besar yang akan dilaksanakan tiga hari lagi.
Perjalanan dari kota itu ke Jakarta memakan waktu kurang lebih tujuh jam perjalanan. Semuanya menikmati perjalanan dengan gembira. Ada yang asyik berkaraoke, menonton film, makan snack, atau sekadar mengobrol dan tidur. Helen sesekali mengobrol dengan teman yang dikenalnya, kemudian menghabiskan lebih banyak waktu untuk beristirahat dan mendengarkan instrument musik The Sleeping Beauty dengan earphone.
***
Tim penari dan pelatih Beauté Dance Academy tiba di Juno Hotel Jakarta sekitar tengah hari. Hans mengurus prosedur check-in dengan resepsionis hotel, sementara orang-orang lain duduk di sofa lobi untuk beristirahat. Setelah Hans selesai mengurus pemesanan kamar, semua orang mendapat kartu kamarnya masing-masing, lalu melanjutkan aktivitas.
"Temen-temen, malem ini kita istirahat dulu. Besok kita latihan lagi jam delapan pagi, ya. Aku udah reservasi ruang senam hotel. Semuanya besok kumpul di sana buat latihan. Jangan sampai ada yang nggak dateng. Tetep jaga kesehatan, ya. Jangan kecapekan. Nanti malam jam tujuh kita kumpul lagi buat dinner bareng," tutur Hans cepat.
Para balerina mengangguk, lalu berbondong-bondong memasuki lift menuju kamar masing-masing. Kali itu, Helen sekamar dengan tiga orang adik kelas yang sekitar dua sampai tiga tahun lebih muda darinya. Namanya Joanna, Amel, dan Sarah. Tiga cewek itu berperan sebagai peri bunga dalam pementasan The Sleeping Beauty nanti.
Meskipun Helen tidak terlalu dekat dengan adik-adik kelas yang menggemaskan dan ceriwis itu, setidaknya mulut mereka tidak pedas seperti mulut balerina-balerina senior. Helen bisa tidur dalam damai tanpa ada suara-suara orang yang menyindir karena iri pada perannya sebagai penari utama.
***
Malam itu adalah hari ketiga sejak Helen dan teman-temannya sampai di Juno Hotel. Mereka baru saja pulang dari restoran di depan hotel setelah melakukan gladi bersih yang cukup memuaskan di panggung uji coba Gedung Kesenian Jakarta. Semuanya kembali ke hotel dengan perut kenyang dan hati gembira.
"Makasih kerjasamanya hari ini, temen-temen. Kalian udah bagus banget tadi. Great job. Malem ini semuanya istirahat, ya. Jaga kesehatan. Besok acaranya dimulai jam tujuh malem. Semuanya tolong kumpul di lobi jam delapan pagi. Atur sendiri waktunya dari bangun tidur, sarapan, dan sebagainya," ucap Hans antusias. "Oke. Segitu dulu. Bye, semuanya. Selamat istirahat."
Sebagian besar orang langsung memasuki lift untuk kembali ke kamar masing-masing. Sebagian lainnya memutuskan untuk duduk-duduk sebentar di lobi sambil mengobrol singkat. Sebelum Helen bergabung dengan sekelompok orang yang hendak masuk ke kamar, tiba-tiba Hans menepuk bahunya. Helen pun mengundurkan diri dari kerumunan dan berpaling ke Hans.
"Gimana, Ko?" tanya Helen.
"Kamu tadi pas gladi bersih kenapa kelihatannya nervous, Len?" tanya Hans sambil tersenyum tipis. Ia meletakkan tangannya di punggung Helen, lalu mengajak cewek itu duduk bersamanya di sofa di sudut lobi yang sepi.