Helen berjalan kembali ke BOH untuk menemui Hans dan teman-teman yang telah menunggunya. Ia bergabung dengan kumpulan balerina dan danseur lain yang tengah mendengarkan pengarahan dari Hans.
"Oke. Welcome to us, Len. Jadi aku pengin ngingetin ulang aja. Pentas kita sejam lagi. Jangan ada yang ke mana-mana. Waktu pemanasan udah habis. Kalian rileks aja di sini sambil nungguin pembukaan acara. Nanti pas giliran tampil tiba, semuanya udah harus siap, ya," ujar Hans cepat.
"Siap, Ko Hans," ucap para penari serempak.
Hans mengangguk puas, lalu mengundurkan diri. Ketika kerumunan itu sudah terpecah, ia pun mendekati Helen yang sudah kembali duduk sendirian.
Semua orang sedang mengobrol bersama, bermain-main di barre, dan melakukan kegiatan yang merilekskan di BOH. Mereka merespons pertunjukan ini dengan kegembiraan. Namun, mengapa Helen kelihatannya murung dan tertekan? Hans menjadi khawatir kalau ternyata Helen stres memikirkan pertunjukan ini.
Cowok itu duduk di sebelah Helen. "Len, kamu nggak papa, kan? Jangan stress, loh Len. Masa mau jadi Aurora wajahnya kayak gitu?" Ia menunjuk wajah Helen yang gelisah dengan gerakan dagunya.
Helen menegakkan kepala, lalu menyunggingkan senyum tipis. "Iya, Ko. Aku bakal tampil sebaik mungkin di panggung nanti."
Hans memandang Helen skeptis. "Sejak sampe di Jakarta, kamu kelihatan kayak dapat banyak pressure tambahan, Len. Padahal pas latihan di BDA kemarin kamu masih happy-happy aja. Apa aku terlalu strict, Len?"
Helen cepat-cepat menggeleng. "Enggak. Enggak, Ko Hans. Koko nggak strict, kok. Emang aku lagi pengin usahain semaksimal mungkin buat pementasan kali ini."
"Balet emang menuntut kesempurnaan, Len. Tapi jangan ngelakuin sampe di luar batas kemampuan dirimu. Entar efeknya nggak baik buat kesehatan mentalmu," ujar Hans sambil mengusap punggung Helen lembut.
Helen mengangguk pelan, lalu menunduk lagi. Ia menghela napas berat sambil menggigit bibir. Teorinya, sih gitu. Tapi rasanya beda banget.
***
Teater The Sleeping Beauty dari Beauté Dance Academy dimulai. Para penari latar mulai menampakkan diri dan mengambil posisi di bagian pinggir kanan dan kiri panggung. Setelah itu, bagian pembukaan dimulai. Para balerina yang menjadi peri bunga menarikan tarian berformasi corps de ballet selama beberapa menit. Setelah itu, giliran Helen pun tiba.
Ia menarikan act 1 dengan solo dance-nya sebaik mungkin. Ekspresi wajahnya masih sebaik orang yang tidak menderita cedera apa pun. Gerakan tubuhnya juga sangat luwes seperti biasa. Untuk sementara, meskipun rasa sakit di punggung kakinya tidak benar-benar hilang, tetapi Helen masih bisa bergerak dengan luwes dan menikmati tarian sambil mengabaikan masalah itu. Gerakan-gerakan rumit seperti fouettés dan arabesque masih bisa dilakukannya dengan sempurna.
Setelah act 1 selesai, Helen turun ke panggung dan masuk ke BOH. Ia langsung duduk di salah satu sofa untuk mengistirahatkan kakinya yang tegang dan mulai terasa perih. Ia mencoba meluruskan punggung kakinya pelan-pelan. Namun, entah bagaimana tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang menganga di bawah stocking atau di bawah kulitnya.
Tubuh Helen spontan menegang. Tangannya terulur untuk memegang punggung kaki kanannya perlahan. Di bawah stocking, semuanya kelihatan baik-baik saja. Tidak ada luka sobek. Tidak ada darah yang menetes. Lantas, apa yang baru saja dirasakannya?