Little Ballerina in A Dance Box

Jessie YiCha
Chapter #21

Bab 20

Hans menyambar string bag milik Helen, lalu menggendong cewek itu keluar dari BOH dan turun ke lapangan parkir. Seorang danseur yang tadi sudah memesankan GoCar ikut turun dan membantu mencari mobil yang sudah dipesannya.

"Itu, Ko mobilnya. Yang Avanza putih itu," ucap cowok tersebut sambil menunjuk sebuah mobil Avanza yang baru saja memasuki lapangan parkir.

"Oke. Makasih, ya," sahut Hans cepat. Ia segera mendekati mobil tersebut dan memasukkan Helen ke dalam mobil bagian belakang. Setelah itu, ia duduk di kursi di samping supir.

"Makasih, Ko Hans. Maaf ngerepotin," ucap Helen pelan. Ia mengembuskan napas dan memandang kaki kanannya yang terlihat mengerikan.

"It's okay, Len. Yang penting kamu segera ditangani dulu," sahut Hans cepat.

Helen mengangguk sekali. Ia menyadari sepatu pointe kanannya masih dipegang tangan dan pasangannya masih menempel pada di kaki. Ia pun memutuskan untuk melepas sepatu kiri dulu dan memberi udara segar untuk kakinya.

"Ko Hans, boleh minta string bag-ku nggak?" tanya Helen hati-hati.

"Ini, Len." Hans menyerahkan string bag yang tadi dipegangnya, sementara matanya masih fokus membuka handphone untuk mencari tahu klinik ortopedi terdekat.

Helen menerimanya dalam diam. Ia memasukkan sepatu pointe Grishko-nya ke dalam tas dan mengeluarkan sandal jepit. Ketika hendak menutup tas tas, Helen melihat layar handphone-nya menyala dan menampakkan beberapa notifikasi. Helen membuka notifikasi dari WhatsApp terlebih dahulu. Ia mendapati tiga panggilan tak terjawab dan beberapa pesan dari Jeffrey. Helen membaca pesannya terlebih dahulu.

Ko Jeffrey: 21.16 Len, kamu di mana sekarang?

Ko Jeffrey: 21.17 Aku nggak bisa masuk BOH. Kamu udah keluar atau belum?

Ko Jeffrey: 21.17 Kakimu gimana, Len?

Helen pun mengetikkan balasan.

Me: 21.23 Aku udah keluar, Ko. Kakiku agak anu, sih. Tapi ini mau langsung ke klinik ortopedi.

"Nyo, ini mau ke mana?" tanya supir GoCar pada Hans.

"Mau nyari klinik ortopedi, Pak. Bapak tau klinik yang deket nggak? Atau yang dokternya terkenal gitu?" tanya Hans.

"Ortopedi, tuh yang gimana, Nyo?" tanya supir itu.

"Yang ngecek tulang-tulang gitu, Pak."

"Oh. Nggak tau, deh Nyo. Coba cari di Google aja."

Hans menghela napas pelan. "Oke, Pak. Ya, udah ini keluar dari lapangan parkir dulu aja."

Beberapa detik kemudian, handphone Helen bergetar lagi. Ia mengalihkan perhatian dari pembicaraan Hans dan supir sebentar. Ia pun membuka WhatsApp dan membaca pesan.

Ko Jeffrey: 21.24 Kamu ke klinik mana, Len?

Me: 21.24 Baru mau jalan, Ko. Masih sambil nyari klinik.

Helen teringat bahwa Jeffrey adalah orang Jakarta. Jadi, ia menambahkan pesan lagi.

Lihat selengkapnya