Dua mata saya, memerhatikanmu.
Dari kegelapan sudut kamar, aku melihat dua bola mata hitam yang terus menatapku.
Dua kaki saya, tidak pakai sepatu.
Terdengar suara kaki telanjang melangkah dari sudut kegelapan kamar.
Dua telinga saya, bisa mendengarmu.
Suara berbisik ini terus menggema di gendang telinga.
Gadis kecil, panggil, saya akan datang.
Gelap itu mendatangiku dengan cepat ingin menelanku.
“Tidak!! Aaaahhh!”
Herleina menjerit dan terlompat dari mimpinya, lalu duduk di atas kasur dengan dada yang naik turun. Nafasnya memburu. Ia mencoba mengatur irama nafasnya kemudian melompat dari kasurnya menyalakan lampu. Lampu menerangi kamar tetapi tidak ada apa-apa di dalam kamarnya, semua masih sama seperti biasa. Leina menatap sudut kamar di belakang pintu itu, hanya setumpuk pakaian kotor di dalam keranjang. Leina menghela nafas lega. Ia memperhatikan sekeliling kamarnya sekali lagi untuk memastikan. Aneh, tadi adalah sebuah mimpi tapi terasa begitu nyata, batin Leina.
Leina merasa di dalam kamarnya ini ia tidak sendiri.
***