LITTLE GIRL

ken fauzy
Chapter #2

BAB 2. TEMPATKU

Satu bulan sebelumnya.

Tetangga mereka meninggal. Ibu mengajak Leina untuk menemaninya melayat, Leina pun menuruti. Mereka sampai di rumah tetangga yang sedang berduka. Pada saat jenazah dibawa untuk dikuburkan, Leina mengikutinya meski ibu telah melarangnya. Ia sungguh ingin tahu bagaimana proses penguburan jenazah itu sebenarnya, karena hingga usianya sekarang 15 tahun ia tidak pernah tahu. Ibunya selalu melarangnya untuk ikut ke pekuburan. Kali ini Leina bersikeras hingga ibunya mengalah dan entah kenapa, hatinya ingin sekali kesana, seperti ada yang memanggil-manggilnya.

Leina berjalan di belakang iring-iringan para pengantar dan orang-orang yang mengangkat tandu berisikan jenazah. Setelah berjalan melewati jalan aspal perumahan, melewati lapangan tanah, iring-iringan itu berbelok ke jalan lebih kecil yang sepi, di kiri kanan hanya ada semak dan rumpun bambu lalu rombongan masuk melalui pintu gerbang pekuburan. Kini mereka berjalan di dalam pekuburan yang sunyi. Ketika menginjakkan kakinya untuk pertama kali, Leina tak percaya ada tempat setenang ini. Leina melihat-lihat sekelilingnya, melihat kuburan-kuburan yang berjajar, melihat pohon bunga kamboja yang berbunga merah dan kuning. “Indah sekali,” gumam Leina terpesona. Ketika orang-orang menurunkan tandu jenazah dan mengeluarkan jenazahnya untuk dikuburkan, Leina memerhatikan itu.

Leina begitu terkesima melihat proses penguburan. Ia merasa tentram ketika melihat jenazah diturunkan ke dalam liang lahat. Seperti semua kebisingan dan kelelahan di dunia ini sirna tergantikan dengan kedamaian yang abadi. Ia merasa disucikan ketika tanah merah perlahan ditumpahkan dan saat kayu nisan ditancapkan, ia merasa semua rasa sakitnya menghilang. Hati Leina bergetar setelah mengetahui proses penguburan jenazah yang dianggapnya sebagai sebuah penghormatan untuk jiwa yang bebas. Setelah selesai Leina pelan-pelan memisahkan diri.

Kakinya melangkah masuk ke dalam lokasi pekuburan yang lebih jauh lagi. Semakin ke dalam semakin sunyi. Tidak ada seorang pun di situ. Leina menyusuri jalan setapak yang sudah disemen rapi di antara kuburan-kuburan dan pohon-pohon berbunga kamboja. Merasakan angin pekuburan yang dingin lagi sejuk membuatnya senang. Leina berjalan dengan sesekali memutar tubuhnya seperti seorang putri di dalam istananya. Ia tertawa dan gembira. Akhirnya ia menemukan tempat untuk bisa lari dari semua yang menyiksanya. Ia terus berjalan menjelajahi komplek ini. Hingga akhirnya ia sampai di belakang, makin gembira hatinya ketika melihat di antara pepohonan bunga kamboja, semak belukar dan rimbun rumpun bambu, sedikit berada di bawah, terdapat sungai yang mengalir. Sebuah sungai yang memisahkan antara pekuburan dan perkampungan di sana.

Leina pun jatuh hati dengan bagian belakang pekuburan ini.

Ia memilih sebuah batu besar yang menjorok keluar di pinggir sungai lalu duduk di situ. Angin sepoi-sepoi berbau bunga kamboja menguar di udara. Ia membaringkan tubuhnya, matanya terpejam menghirup udara yang harum kamboja dalam-dalam. Perasaannya diliputi kelegaan.

Lihat selengkapnya