LITTLE GIRL

ken fauzy
Chapter #3

BAB 3. MONSTER

Hari ini.

Leina membuka matanya. Ia sedang merebahkan tubuhnya di batu besar itu sambil menenangkan pikiran setelah memutuskan untuk tidak ke sekolah tadi pagi. Keributan antara ibu dan ayah tirinya selalu berhasil membuat mood paginya rusak. Teriakan dan makian membekas lama di otaknya, ia malas ke sekolah dengan pikiran kusut. Untung saja Leina telah memiliki tempat untuk menghilangkan semua yang kusut itu di sini. Leina bangun dari rebahannya dan berjalan keluar pekuburan melalui pintu gerbang. Hari belumlah sore jadi pintu gerbang masih terbuka. “Besok aku datang lagi ya! Baik-baik semua!” ucap Leina sembari melambaikan tangan pada jajaran kuburan-kuburan itu lalu melangkah keluar gerbang.

Ia terus berlari menuju rumahnya. Setelah sampai, Leina membuka pintu rumah perlahan. Dilihatnya ayah tirinya sedang tidur mengorok di depan televisi dan Leina terkejut tak menyangka, ibunya sedang berdiri di depan pintu kamarnya dengan tangan dilipat di depan dadanya. Wajahnya menampakkan kekesalan. “Herleina Gandari, kemana kamu hari ini?” tanya ibu dingin. Leina terdiam. “Ini hari pertamamu masuk sekolah Lei, tapi barusan wali kelasmu menelpon Ibu, katanya kamu ga datang ke sekolah … jadi kemana kamu hari ini?” lanjut ibu. Leina masih terdiam. Ibu menghela nafas, “Kamu tau ‘kan, masuk sekolah itu ga gratis? Kamu sudah bukan kelas sembilan lagi loh Lei. Ibu harus mengeluarkan biaya ini itu supaya kamu bisa sekolah di sini … dan itu ga murah Lei!”

Leina menunduk.

“Katakan pada Ibu, seharian ini kamu kemana?”

“Aku … aku jalan-jalan keliling komplek.”

Ibu geleng-geleng, “Keliling komplek? … Ingat ini yang pertama dan terakhir ya Lei, kali ini Ibu maafkan … tapi awas jangan diulangi lagi! … Susah payah Ibu bekerja ambil dobel shift untuk bayar sekolah dan keperluanmu itu … ingat itu!” Leina mengangguk. Kemudian Ibu merangkul putrinya, berkata, “Ya sudah kalau gitu, sekarang Ibu mau berangkat kerja dulu, kalau kamu mau makan Ibu sudah siapkan makanan di lemari makan ya,” lalu ibu mengecup dahi Leina. “Tapi, mata Ibu lebam, apakah tidak sebaiknya Ibu ambil istirahat?” saran Leina. “Dan gaji Ibu dipotong? Ibu ga apa-apa, Ibu masuk kerja saja,” senyum ibu.  

“Langsung pulang ya Bu,” ucap Leina sebelum ibunya menutup pintu. Ibu menggeleng. “Ga bisa … Ibu kayaknya mau langsung umroh dulu baru pulang,” seloroh ibu lalu tertawa melihat Leina terkejut, “iyalah, Ibu pasti langsung pulang … biasa juga gitu bukan? Jam delapan atau sembilan malam sudah di sini, kenapa?” Leina menggeleng pelan, “Ga … ga apa-apa.”

Kemudian ibu pergi dan pintu ditutup.

Leina masuk ke dalam kamarnya. Berganti pakaian, mengambil kertas gambarnya kemudian duduk di hadapan meja belajarnya. Ia mengambil pinsil dan mulai menarik garis pada kertas gambar itu. Tangannya bergerak cepat membuat bentuk kemudian bergoyang-goyang memberi arsiran terang gelap pada bentuk yang telah menjadi sebuah objek itu. Lima belas menit waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan satu objek gambar kadang lebih. Setelah selesai Leina memandangi gambar tersebut kemudian meletakkannya. Ia mengambil kertas gambar baru. Waktu terus berjalan dan Leina masih saja terus mencoret-coret di kertas gambarnya.

Lihat selengkapnya