Terdengar suara ketukan di pintu kamar.
“Lei, ini Ibu …” panggil ibu dari luar kamar. Leina bangun dari duduknya, membukakan pintu. “Apakah Ibu menganggu?” tanya ibu, Leina menggeleng. Ibu melangkah masuk dan meletakkan banyak kertas gambar kosong yang baru dibelinya di atas meja belajar. Leina melihat itu, matanya berbinar senang. Ibu tersenyum mencium dahi Leina, berbisik, “Ini buat Gadis Kecil Ibu, biar makin semangat gambarnya ….”
Kemudian ibu melihat kertas-kertas gambar di atas meja belajar putrinya. Ia memandangi satu persatu untuk beberapa saat lalu bertanya, “Sebenernya kamu dapat ide dari mana sih untuk menggambar semua ini Lei?” Leina mengangkat bahunya. “Ga mungkin kamu menggambar begitu saja Lei … gambar-gambar sedetil ini pasti punya sebabnya, apakah karena kamu sering nonton film horor, atau baca cerita seram,” ibu bertanya-tanya. Leina masih diam. “Atau … kamu pernah melihat makhluk ini langsung ya? Waktu kecil dulu kamu suka lihat loh … apakah sekarang masih?” tanya ibu lagi.
“Masih, tapi ga selalu,” sahut Leina. “Kamu lihatnya pake mata batin gitu apa gimana? Wah jangan-jangan kamu paranormal? Indigo? Bisa lihat makhluk gaib? Sekarang bilang, di kamar ini ada makhluk apa?” bisik ibu dengan matanya melirik cepat ke kanan dan ke kiri, “atau kasih tau Ibu, nomer togel yang keluar besok, apa? Ibu mau masang supaya kita bisa keluar dari sini dan beli rumah.”
Leina menghela nafas, menatap ibunya sebal, “Jangan becanda deh Bu, aku bukan indigo atau paranormal, Ibu tau itu.”
Ibu tertawa, “Ok, ok .. baiklah Ibu mau nanya hal lain … gimana sekolah?”
“Ya gitu Bu,” jawab Leina kembali melanjutkan gambarnya. “Maksud Ibu, apakah kamu kerasan? Apakah ada yang mem-bully kamu lagi?” pertanyaan ibu kali ini lebih jelas. “Ada … tapi ada beberapa teman yang mulai dekat denganku,” jawab Leina. “Hey ini kemajuan! Kamu belum pernah punya teman dekat lagi sejak taman kanak-kanak dulu bukan?” seru ibu dengan senyum lebar. “Hmm-mm, tapi di TK juga aku ga punya temen Bu,” gumam Leina.
“Iya gitu? Ibu lupa … coba ceritain sama Ibu siapa temen-temenmu itu? Atau ajak kesini aja, Ibu mau kenal,” ujar ibu bersemangat. “Iya, nanti,” sahut Leina. “Trus kamu sudah ketemu lagi sama Pak Saptodjo?” tanya ibu, Leina menggeleng, “sebaiknya kamu datangi beliau, mumpung mau mengajari kamu, siapa tau beliau punya koneksi untuk perkembangan kamu di dunia seni nanti.” Leina hanya diam.
“Oya Lei, ini jangan bilang-bilang sama ayahmu ya …” bisik ibu. Leina menghentikan gambarnya menatap ibu, “Ada apa Bu? Apakah kita akan keluar dari rumah ini?” Ibu menggeleng, lalu berbisik lagi, “Ibu sudah menabung untuk membelikan kamu hape!” Leina hanya menanggapinya dengan satu helaan nafas keras lalu melanjutkan gambarnya lagi.