Murid-murid berhamburan keluar dari kelas saat waktunya pulang.
Leina akan melangkah ketika Asri menahan lengannya, “Kemana Lei? Tumben buru-buru?” Leina menatap Asri, “Gue pengen nyari Mutia.” Asri segera meraih tasnya, berkata, “Kalau gitu gue ikut!” Leina menggeleng, “Ga usah Sri, gue juga ga tau kemana nyarinya.” Asri menggaruk-garuk rambutnya yang kusut, “Lo ga tau rumahnya?” Leina berdecak, “Itulah … gue ga tau.” Asri mengerutkan keningnya, “Terus gimana nyarinya?”
“Gue mau nanya alamat sama bagian tata usaha,” sahut Leina sembari berjalan keluar kelas. Asri hanya terdiam melihat Leina. Tak jauh dari ruangan tata usaha langkah Leina terhenti karena melihat Reni sedang berdiri di depan ruangan tata usaha itu. Leina terdiam menatap Reni. Reni menoleh pada Leina.
Mereka saling menatap.
“Sialan, itu dia si jelek penyembah setan, akhirnya muncul juga,” geram Reni. Tanpa pikir panjang Leina segera membalikkan badannya dan berlari. Reni tak tinggal diam, ia mengejarnya. “Hey tahan dia! Tangkep si Penyembah Setan itu!” teriak Reni pada keramaian murid-murid. Semua murid jadi menoleh dan memerhatikan mereka. Leina terus berlari. Langkah kaki mereka dan teriakan Reni menambah ramai suasana pulang sekolah. Leina berlari ke pintu depan tetapi teman-teman Reni ternyata telah menghadangnya. Leina terkejut dan segera berbalik lagi.
Reni yang melihat Leina berbalik padanya, tersenyum sinis. “Mau lari kemana lo!” Leina melihat Reni datang dari depannya, ia bersiap. Ketika jarak mereka sudah dekat dan Reni akan menangkapnya, dengan cepat Leina berkelit sembari menarik dan mendorong seorang murid ke arah Reni. Reni terkejut tak menyangka, ini membuat dirinya dan murid tersebut menjadi tabrakan. Mereka pun terjatuh bersama. “Brengsek!” umpat Reni. Sedang Leina terus berlari di antara murid-murid yang berlalu-lalang. Bahkan satu dua murid ditabraknya begitu saja. “Hey Bego! Mata lo kemana?!” teriak seorang murid yang jatuh tertabrak Leina.
Asri yang baru keluar kelas terkejut melihat Leina baru saja berlari dengan cepat melewatinya, tak lama kemudian disusul Reni yang telah bangun dari jatuhnya dan teman-temannya diiringi sorak-sorai murid-murid. “Kejar Ren! Kejar si Penyembah Setan itu! Sikat dia!” teriak seorang murid laki-laki. Asri merasa sesuatu akan terjadi maka ia pun berlari mengikuti mereka. Melihat Asri ikut dalam kejar mengejar itu membuat beberapa murid meledeknya.