Hari hari berlalu, Norman dan Denasha masih tidak bicara satu sama lain. Seperti biasa kami sedang istirahat makan di Kansas. Saling berhadapan, aku dan Erina merasa ikut tenggelam dalam kesenyapan mereka berdua.
"Ah bukankah materi dikelas tadi itu agak susah" Erina mencoba mencairkan suasana dengan tawa paksanya
"Yang tadi memang sedikit susah dipahami" Denasha membalas Erina. Erina masih dengan tawa paksanya.
"Tidak, itu tadi sangat mudah" mulutku berbicara dengan sendirinya.
Mereka bertiga melihatku. Erina melihatku mengerutkan alisnya. Sepertinya dia kesal karena aku malah menutup topik pembicaraan yang sudah dibuat Erina untuk menghilangkan suasana yang suram. Aku merasa bersalah. Tapi yang kukatakan tadi itu kenyataan. Menurutku pelajaran tadi sangatlah mudah, dimananya yang susah?, apa mereka tidak belajar sebelum kuliah?.
"Walaupun mudah tapi tetap harus dipelajari, ngomong-ngomong alasan kalian masuk ke jurusan sastra Jepang karena apa?" Aku menanyakannya untuk mengisi kesuraman yang aku buat tadi. Erina mengedipkan satu matanya dan mengacungkan ibu jarinya diam diam.
"Benar juga, aku menyukainya sejak dulu. Saat aku melihat budaya Jepang yang ditampilkan di acara tv, itu membuatku penasaran dan antusias. Mungkin karena itu" kata Denasha seraya memegang dagunya
"Wah itu keren" sahut Erina, lalu Erina dan Denasha mengobrol sendiri. Aku melihat Norman yang masih makan.
"Kau Norman?" Aku menyenggol bahunya sedikit
"Aku menyukai ceweknya" jawab singkat Norman. Aku terkejut, bahkan Erina dan Denasha yang tadinya ngobrol sendiri, terdiam.
Aku tidak menyangka. Kejujuran yang belum pernah aku dengar.
"Cewek disana sangat imut imut bukan? Senang atau marah pun imut" kata Norman. Aku menyadari tadi Norman melirik Denasha, seperti menyinggungnya.
"Mungkin kau dulu kau ditolak Denasha karena itu" batinku melihat Norman
"Bahkan IG ku followernya banyak cewek yang top class" seraya menunjukkan profil IG nya kepadaku.
Aku melihatnya "Ayato Norman!? Siapa itu??" batinku melihat profil dengan nama Ayato didepan. Memang benar followernya sangat banyak, hampir 20 ribu. Walaupun Norman sedikit bodoh, tapi dia tetaplah cowok yang tampan. Kharisma nya bahkan terlihat sampai di sosial medianya.
"Oi bagaimana denganmu, oi Rey" kata Norman
Aku sadar Norman memanggilku dan menoleh kearahnya.
"Apa?" Tanyaku
"Bagaimana denganmu?"
"Apanya?" Aku sempat bingung
"Alasanmu masuk ke jurusan inilah" Norman sedikit meninggikan nadanya
"Oh itu.." sebenarnya aku sudah memberitahukan alasanku ke Erina tapi aku belum memberitahukan kepada mereka berdua. Mungkin tidak apa jika aku mengatakannya sekali lagi.
"Aku menyukai Jepang sejak dulu, waktu aku masih di kampung halamanku. Saat itu sahabat ku disuruh kembali orang tuanya dan SMA dijakarta. Aku sendirian di SMA. Karena itu aku mulai menghibur diri dengan mencari informasi menarik tentang dunia dan negara negara di internet. Saat itu negara yang pertama muncul dibenakku adalah Jepang. Aku langsung mencari informasi tentang budaya, sejarah, kuliner, wisata, dan keragamannya. Aku juga menyukai hiburan 2D disana. Sejak itu aku jadi tertarik dan ingin kuliah di jurusan ini" jelasku pada mereka. Mereka paham dengan penjelasanku.
"Kalo Erina?" Tanya Norman