Hampir 2 Minggu sejak aku bekerja part time di Kopi Bar ini. Tidak ada hal khusus yang terjadi, semuanya nampak seperti biasa. Aku mengganti pakaianku di ruang karyawan. Karena ini waktunya pulang.
"Aku duluan bang Dodi" kataku membawa tas ku
"Oke, hati hati" jawab bang Dodi
Setelah melakukan absen keluar, aku menuju parkiran menaiki motor dan melaju pulang.
.
.
Hari berikutnya.
Seperti biasa aku masuk kampus, dan setengah hari mengikuti kelas hari ini. Akhirnya saat kelas selesai.
"Duluan Rey" kata Norman, kami melakukan tos kepalan tangan. Itu tanda pertemanan kami. Setelah itu Norman duluan keluar dari kelas. Saat aku memeriksa jam tanganku dan berjalan melewati pintu kelas, seseorang memanggilku.
"Rey!"
Aku menoleh kearah suara itu.
"Erina?" Gumamku
Erina menghampiriku dengan lari kecil. Dia berhenti tepat disampingku.
"Ada apa?" Tanyaku
"Bisakah aku minta tolong" kata Erina
"Minta tolong?" Aku bingung
"Sebenarnya aku belum mengerjakan tugasku, bisakah kau membantuku? Kau kan pintar" kata Erina dengan nada manisnya
Memang benar aku pintar, sangat. Bukannya bermaksud sombong, tapi saat tes masuk jurusan. Akulah peraih nilai tertinggi di jurusan sastra Jepang ini. Aku pintar tapi hanya dibidangku saja. Pintar dan jenius itu berbeda.
"Oh boleh, kapan?" Aku memastikannya
"Malam ini" bisiknya
"M-malam ini!?" Aku sedikit terkejut. Erina mengangguk tersenyum.
"Apa aku tidak salah dengar. Dia bilang malam ini. Pasti aku disuruh kerumahnya, apa tidak masalah? Walaupun begitu kenapa harus berbisik, justru itu tambah membuatku salah paham" batinku, setelah itu aku menghembuskan nafas untuk menenangkan diri.
"Aku tunggu dirumah ya" kata Erina, lalu dia meninggalkanku disini.
Aku masih terdiam, melihat Erina yang berjalan menjauh. Hari ini jadwal kerjaku libur, tepat sekali waktunya. Apa ini takdir?
.
.
Saat dirumah aku bersiap siap untuk ke rumahnya Erina. Dia sempat share lokasi rumahnya, jadi aku tinggal mengikuti jalannya. Aku memasukkan buku catatanku kedalam tas, memakai jaket dan kaos tangan. Tepat jam 19:15 aku berangkat.
Diperjalanan aku sempat berpikir. Mungkin lebih baik jika aku kerumahnya membawa sesuatu. Aku bingung akan membawa apa. Sebuah ide muncul dibenakku, aku berhenti di toko roti. Membeli sekotak roti dan keluar, melanjutkan perjalanan kerumahnya Erina.
Sesuai alamat yang diberikan padaku, aku sampai dirumahnya. Rumah yang sangat besar dan luas. Aku berhenti tepat didepan gerbangnya, melepas helmku dan menekan tombol bel didepanku. Tidak lama setelah itu satpam keluar menghampiriku.
"Ada urusan apa ya?" Tanya satpam itu kepadaku
"Ee saya diundang Erina kerumahnya, apa benar ini kediamannya?" Jawabku
"Iyaa benar ini kediaman nona Erina, tunggu sebentar saya konfirmasi dulu" kata satpam itu lalu kembali masuk ke posnya. Mungkin menghubungi tuan rumahnya. Setelah itu gerbang terbuka.
"Silahkan masuk, motornya dibawa masuk kedalam saja" kata satpam itu dari depan posnya
"Iyaa pak" aku mengangguk, mendorong motorku sampai didepan pos satpam. Aku parkirkan disitu.
"Silahkan, nona Erina sudah menunggu didalam" kata satpam itu
"Iyaa terima kasih pak" aku berjalan menuju rumahnya, menaiki tangga kecil sebelum menuju pintu utama.
Aku menarik nafas sebelum akhirnya aku menekan tombol bel disamping pintu. Bel berbunyi. Sebelum bel itu berhenti, Erina pun sudah membukakan pintunya.
"Rey!!" Katanya senang
"Ini buatmu" aku memberikan plastik berisi roti yang tadi aku beli.
"Eh? Terima kasih, masuklah" kata Erina tersenyum