LITTLE LIGHT

Rendi Febiant S
Chapter #6

Riset #6

Jam 4 pagi, angin yang berhembus masuk kedalam kamarku sangatlah dingin. Aku masih terjaga menatap laptopku. Wajah mengantukku dan kantung mataku. Terlihat dikalender sampingku, coretan tinta merah.

"Ughh deadline tinggal seminggu...." Menjatuhkan kepalaku ke meja, mataku sudah tidak bisa menahan kantuk.

Mengangkat kepalaku tapi dagu masih menempel dimeja, melihat layar laptopku. Terlihat novel cerita ku yang belum selesai.

"Ini juga baru 40% persen ughh.. belakangan ini aku cuma kerja, ngerjain tugas kampus, sampe lupa novelku sendiri"

Aku berdiri perlahan "tidur dulu lah" menghempaskan tubuhku ke kasur dan langsung terlelap dalam mimpi.

.

.

Handphone disampingku berdering dan bergetar. Karena kupikir itu menggangguku, aku menjauhkannya. Tapi handphone ku malah terjatuh dari kasurku, membuat ku terkejut dan terbangun. Langsung mengambil handphone ku yang terjatuh dan melihatnya.

"Jam 9?" Aku mencoba membuka mataku lebar.

Ini adalah alarm ke 4 yang aku jadwalkan sebelumnya, dan aku baru bangun di alarm ke 4 ini. Aku berjalan ke kamar mandi mencuci muka dan sikat gigi. Saat berjalan, setelah keluar dari kamar mandi, aku melihat laptop ku yang masih menyala.

"Apa aku riset sekarang ya?" Gumamku

Aku mematikan laptopku, berjalan ke kamar mandi, menghidupkan shower dan mandi.

.

.

Dijalan cukup macet, gara gara terjadi perbaikan jalan didepan sana. Riset adalah hal penting bagi penulis, karena dengan begitu akan lebih mudah menentukan jalan cerita dan adegan yang akan ditampilkan. Tempat pertama untuk ku riset adalah toko elektronik. Aku berhenti didepan tokonya. Aku mencatat semua hal yang kuperlukan. Beberapa orang yang lalu lalang dibelakangku, melihatku curiga. Padahal aku cuma menambah pengetahuanku.

"Yo Rey"

Aku terkejut dan menoleh ke arah suara itu. Norman, dia baru saja keluar dari toko elektronik ini.

"Norman!?" Kataku terkejut saat melihat Norman

"Ngapain kau disini?" Tanyaku

"Aku melihat lihat oven, oven ku dirumah sudah tidak layak pakai" jawabnya

"Begitu ya"

"Tapi tidak ada yang sesuai harapan ku disini, jadi aku akan mencarinya di toko lain" jelasnya

"Kau sendiri ngapain disini? Mau beli sesuatu juga?" Tanyanya padaku

"Oh tidak, aku hanya...riset" jawabku

"Riset? Riset apaan?" Dia bingung

.

.

"Jadi kau penulis ya!! Wihh keren" kata Norman

Aku menghembuskan nafas. Bersandar dimotorku.

Aku terpaksa memberitahunya. Lagipula dia juga teman dekatku, mungkin tidak masalah jika memberitahunya. Kupikir dia bisa menjaga rahasia.

"Tapi ingat.." kataku

"Oke oke aku tau, aku tidak akan memberitahu siapapun. Tenang saja" Norman memotong kalimatku

Aku lega mendengarnya. Kelihatannya dia bisa diandalkan.

"Emangnya kenapa kau menyembunyikan?" Norman menanyakannya, aku bingung harus menjawab apa

"Aku berpikir jika semuanya akan tau saat mereka sudah membacanya sendiri" aku mengatakannya

"Masuk akal juga" kata Norman

"Lalu siapa aja yang tau soal ini?" Kata Norman seraya berjalan ke arah motornya.

"Hanya kau dan Erina" jawabku

"Erina? Kelihatannya kalian dekat sekali, jangan jangan kau menyukainya ya Rey" Norman menggodaku

Lihat selengkapnya