Alarm handphone ku berbunyi, seperti biasa alarm yang ke 4 lah yang membangunkan ku.
Masih dalam posisi berbaring "Sial.." suaraku serak, mataku masih merah, kepalaku terasa berat, suhu tubuhku meningkat. Benar..aku demam.
"Apa semalam aku terlalu memaksakan diri?" Gumamku sendiri.
Semalam aku bekerja seperti biasa di cafe. Mungkin semalam adalah hari teramai dengan pelanggan terbanyak selama aku bekerja disana. Pekerjaanku pun meningkat pesat. Pulangnya aku langsung tidur karena kelelahan.
Aku bangun dari posisi tidur. Duduk, selimut masih menutupi setengah badanku.
"Mungkin aku..." Suhu badanku yang panas membuatku berkeringat. "Ga berangkat lah"
.
.
Aku tidak berangkat ke kampus hari ini karena keadaanku. Tadi aku memberitahu Norman dan menyuruhnya untuk menyampaikannya kepada yang lainnya.
Aku memaksakan diriku untuk membeli obat di apotek dekat rumahku, aku juga membeli beberapa roti dan minuman. Sesampainya dirumah aku duduk didepan meja belajarku, memakan roti yang aku beli tadi. Roti selai coklat, rasa yang paling aku sukai. Setelah itu aku mengeluarkan obat tadi dan meminumnya. Sebutir pil dan sesendok sirup.
"Pahit sekali sirupnya" gumamku masih dengan suara lemahku.
Melihat kedepan dengan tatapan kebingungan.
"Sekarang..aku mau ngapain ya" aku kebingungan.
Aku memutuskan membuka laptop yang berada didepan ku dan menghidupkannya. Teringat saat aku melakukan riset dan ditemani oleh Norman. Walaupun itu belum semuanya, tapi itu sudah sangat melelahkan.
Melihat kalender disampingku, "Deadline 5 hari lagi ya..sedikit aku paksakan mungkin tidak apa"
Aku melanjutkan novel ku yang sebentar lagi sudah harus aku serahkan kepada penerbit. Kata demi kata, kalimat demi kalimat aku curahkan semua di novel ku. Paragraf demi paragraf kulalui, mencari sudut pandang karakter, menguatkan plot cerita dan menambah suasana setiap dialog.
"Uhuk uhuk!" aku sempat batuk selama proses menulisku, ternyata efek obat tidak langsung mengurangi demam yang kurasakan. Tapi walaupun begitu, aku tetap melanjutkan tulisanku. Tidak peduli apa yang terjadi padaku, ini akan aku selesaikan tepat waktu.
Aku menyandarkan punggung di kursi untuk istirahat.
"Kira-kira apa yang mereka lakukan sekarang" gumamku.
.
.
ERINA POV
"Rey sakit!!?" aku kaget dengan apa yang dibicarakan Norman.
"Oy pelan-pelan lah" kata Norman seraya melihat sekitar, mahasiswa lain yang sedang menikmati makanannya.
"Tadi pagi aku dichat si Rey, katanya dia tidak berangkat karena demam. Yah awalnya aku juga terkejut, tapi dia menyuruhku untuk memberitahu kalian" jelas Norman.
"Aku tidak menyangka, Rey akan sakit" kata Denasha.
"Ya dia kan juga manusia, kau pikir dia batu apa" sahut Norman, Denasha melirik tajam Norman, membuat bahu Norman merinding.
Aku terdiam memikirkan Rey, aku belum pernah melihat Rey sakit.
"Apa Rey kelelahan karena pekerjaannya? aku tau dia bekerja di cafe tapi dia juga seorang penulis. Katanya dia sedang mengerjakan tulisannya, apa gara-gara itu dia jadi demam?" batinku.
"Tapi kan dia Rey, besuk paling dia sudah kembali masuk seperti biasa" kata Norman.
"Apa sebaiknya kita menjenguknya?" sahutku masih dengan rasa khawatirku.
"Tapi apa kau tau rumahnya Rey?" tanya balik Denasha.
"Hmm benar juga, aku belum pernah. Dia juga tidak sekalipun mengatakan lokasi kontrakannya" kata Norman memegang dagunya bingung.
Aku menunduk khawatir. "Hari pertamaku dikampus tanpa ada Rey disekitarku, kenapa rasanya sedikit berbeda" batinku.
.
.
RAYHAN POV
Meneguk minuman setelah itu langsung melanjutkan tulisanku. Terus terus terus ketik, sampai jariku kelelahan pun aku tetap melanjutkannya. Sampai aku tidak menyadari, sudah 3 jam sejak aku mulai menulis tadi.
Aku menyimpan draft cerita yang terbaru dan mengistirahatkan laptopku. Menarik dalam nafas dan menghembuskannya.
"Cukup untuk hari ini, aku juga perlu mengistirahatkan tubuhku" kataku.