"Apa kau mau berjalan disampingku selamanya?" Aku menyatakan perasaanku
Aku memberanikan diriku untuk menyelesaikan ini semua. Setelah itu aku melihat Denasha meneteskan air mata nya.
Hal yang terlintas di benakku adalah hal yang sama terjadi. Semangatku tadi seperti lenyap begitu saja, aku hampir tidak kuat untuk menatap Denasha lagi.
"Apa keputusanku ini hanya menyakiti Denasha?" Batinku.
"Ma-maaf Denasha, tidak perlu dipikirkan" aku coba membuat Denasha melupakan kejadian ini.
Saat aku ingin melangkah mundur, Denasha memelukku. Erat sekali seperti tidak membiarkanku terlepas.
"De-Denasha?" Tanyaku.
Denasha menangis.
"Dasar bodoh, kau pikir jika aku menangis itu berarti aku tidak menerimamu hah?" Kata Denasha seraya menangis.
"A-apa maksudmu Denasha?" Aku mencoba menenangkannya.
"Aku terkejut saat kau menyatakan perasaanmu saat kita kecil dulu. Tapi aku belum sempat memberi jawaban, kau lari meninggalkanku. Saat kudengar kau tidak dijakarta, kupikir kau sudah melupakanku. Aku terus menunggumu. Saat bertemu denganmu dikampus sebenarnya aku merasa senang sekali. Aku berniat memberikan jawabanku saat itu. Tapi kau malah menjauhiku, aku berpikir jika kau sudah tidak menyukaiku. Padahal aku merindukan, padahal aku ingin memberikan jawabanku. Dasar bodoh, bodoh, bodoh" jelas Denasha.
Aku terkejut, selama ini aku tidak tau jika Denasha sebenarnya juga menyukaiku. Saat itu aku terlalu terlarut kesedihan ku. Aku berlari karena kupikir aku hanya mengganggunya.
Setelah mendengar itu aku membalas pelukannya. Denasha yang masih menangis dipelukanku. Aku tidak menyangka jika Denasha yang menakutkan itu bisa menangis seperti ini.
"Sudah, sudah. Dasar cengeng" kataku pelan.
.
.
RAYHAN POV
Aku yakin Norman sudah melakukannya, semoga aja berjalan lancar. Liburan ini akan menjadi kenangan terindah bagi mereka. Norman dan Denasha, juga Erina dan Evan.
Aku melihat Norman dan Denasha kembali. Mereka menghampiri Erina dan Evan.
"Mereka sudah kembali, kita juga" kataku.
Kak Salsabilla mengangguk. Kami berdua juga menghampiri mereka. Akhirnya kami berkumpul.
Norman melihatku tersenyum. Aku menyadarinya, itu adalah pertanda yang baik. Aku juga ikut senang.
"Kalian sudah kembali" kata Erina senang.
"Dari mana kalian?" Tanya Evan.
"Yah itu rahasia hehe" kata Norman.
"Eh?" Evan bingung.
"Sudahlah, mumpung ini malam terakhir kita disini, bagaimana kalo kita bersenang-senang" kataku.
"Yey!" Semuanya bersemangat.
Kami bersenang-senang, saling menguatkan ikatan persahabatan kami. Saling menghangatkan perasaan masing masing. Tertawa, Tersenyum.
"Apa ini akan berlangsung selamanya?" Batinku tersenyum.