"Kenapa kau melamun Rey? Sedang memikirkan sesuatu?" Tanya bang Dodi.
"Ah tidak, hanya soal kampus aja bang" jawabku.
Aku tidak bisa fokus dengan pekerjaanku. Kata kata kak Salsabilla tadi siang masih menghantuiku.
"Apa kau percaya dengan takdir?"
"Apa maksudnya itu?" Gumamku.
Aku tidak tau maksud dari kalimat itu.
"Takdir? Aku sudah pernah dicampakkan oleh takdir, jadi aku ragu soal takdir. Lagipula apa maksud kak Salsabilla itu takdirku karena selalu bertemu dengannya?" Gumamku bingung.
Aku melanjutkan pekerjaanku. Membuatkan kopi untuk pelanggan sesuai pesanan. Memaksimalkan kinerjaku, agar pelanggan juga senang menikmati kopi buatanku.
"Kerja bagus Rey" kata bang Dodi.
"Iya bang, semua juga karena bang Dodi. Kalo tidak, aku tidak akan tau betapa menyenangkan nya kerja disini. Bertemu bang Dodi dan karyawan lainnya. Makasih banyak bang" kataku.
"Oy oy ada apa ini, kenapa kau seperti mengatakan perpisahan. Kau kan masih bekerja disini" jawab bang Dodi tertawa.
"Benar juga, tapi entah kenapa aku mengatakan dengan sendirinya. Seolah olah akan pergi ke suatu tempat" batinku.
Sebelum pulang aku menikmati Americano buatan bang Dodi terlebih dahulu. Sudah lama tidak meminumnya, aku jadi merindukan rasanya.
"Duluan bang!" Kataku membuka pintu keluar.
"Oke!" Jawab bang Dodi dari meja barista.
Menghirup udara malam yang menyejukkan, membuatku tidak sabar untuk masuk kuliah lagi dan melihat apa yang akan terjadi.
.
.
Liburan semester akhirnya selesai. Setelah lama aku menghabiskan waktu dirumah dan bekerja. Akhirnya aku bisa menikmati kehidupan di kampusku lagi.
"Yo Norman" sapaku.
"Oh Rey, lama tidak bertemu, terakhir kali waktu liburan itu ya" balas Norman.
"Yah itu benar" kataku.
Lalu kami berdua masuk ke kelas. Saat masuk ke kelas aku hanya melihat Denasha tapi tidak dengan Erina.
"Denasha, Erina dimana?" Gumamku melihat bangkunya dari pintu masuk.
Kami mengikuti kelas seperti biasa. Karena ini hari setelah liburan semester. Banyak mahasiswa yang masih ingin liburan.
Saat istirahat kami berkumpul di Kansas. Dan anehnya hanya kami bertigs. Aku, Norman dan Denasha.
"Erina tidak berangkat?" Tanyaku.
"Aku tidak tau, dia juga tidak menghubungiku" jawab Denasha.
"Evan juga biasanya ikut kumpul" kata Norman.
Aku merasa keanehan dan merasa ada hal yang tidak beres. Setelah dari Kansas aku pergi ke kelasnya Marcel, sastra Jerman.
"Evan? Dia tidak masuk kampus" kata Marcel.
"Benarkah?" Tanyaku memastikan.