Tahun 1992
Hubungan Ratih dengan Supadi-pria yang sempat disukai Dian, hanya berlangsung selama beberapa bulan. Berkat itu ... Dian sempat merasa tidak tenang di tahun pertamanya karena Supadi yang terus menerus mengganggunya untuk meminta Ratih kembali padanya. Melihat Dian terganggu dengan Supadi, Ratih turun tangan sendiri dan bicara pada Supadi, yang akhirnya membuat Supadi berhenti mengganggu Dian dan menerima kenyataan bahwa hubungan mereka tidak akan bisa berlanjut.
Begitu diterima kuliah, Ratih memilih untuk kuliah di Jakarta. Awalnya keputusan Ratih untuk kuliah di luar kota ditentang keras oleh Sari. Sebagai seorang Ibu, Sari tentu merasa tidak tega melihat putri kesayangannya merantau meski ke luar kota yang jaraknya tidak terlalu jauh. Tapi Ratih selalu berhasil meyakinkan Sari dan membuat Sari menerima keputusannya.
“Ibu nggak tega kamu kuliah di luar kota, Tih. Nanti makan dan semuanya, kamu harus mengurusnya sendiri.”
Ratih memeluk Sari dengan erat sebagai satu dari banyak caranya untuk membuat Sari menerima keinginannya. “Tenang saja, Bu. Ratih ini sudah dewasa. Masak dan cuci baju sendiri, Ratih pasti bisa melakukannya dengan baik, Bu. Ibu tidak perlu khawatir. Lagi pula Ratih melakukan ini supaya bisa membuat karier Ratih sebagai model semakin dikenal baik dan Ratih bisa menghasilkan banyak uang ke depannya.”
“Keluarga kita ini tidak kekurangan uang, Tih. Sejak SMU, kamu terus sekolah sambil kerja. Selama sekolahmu tidak terganggu, Ayah dan Ibu tidak masalah. Tapi sekarang ... kamu sampai-sampai memilih untuk kuliah di luar kota cuma karena ingin jadi model terkenal, Ibu sedikit khawatir, Tih.” Sari masih cemas dan khawatir pada Ratih mengenai keputusannya untuk kuliah di Jakarta yang merupakan ibu kota di mana menjadi pusat banyak hal di negara ini.
Ratih memeluk Sari lebih erat dari sebelumnya untuk menghilangkan kecemasan dan kekhawatiran Sari. “Ratih janji sama Ibu. Ratih janji Ratih akan jaga diri dengan baik, Bu. Bisa Ibu percaya dengan janji Ratih seperti sebelum-sebelumnya??”
“Ya sudah. Ingat janjimu sama Ibu, Tih!!”
“Ya, Bu. Ratih pasti mengingatnya dengan baik, Bu.” Ratih tersenyum pada Sari. “Tunggu Ratih, Bu. Nanti Ratih akan buat Ibu lebih bangga lagi sama Ratih.”
“Ibu akan tunggu itu.”
Dan sama seperti sebelum-sebelumnya, Ratih selalu berhasil membujuk Sari dan Hari hingga akhirnya keduanya mau menuruti keinginan Ratih. Hal itu berbanding terbalik dengan Dian yang mana keinginannya selalu ditentang oleh Sari.
“Ini.” Sebelum pergi ke Jakarta untuk kuliah, Ratih menghampiri Dian dan memberikan amplop yang tebal kepada Dian. “Gunakan ini dengan baik, adikku tersayang.”