Hujan kembali turun di pertengahan Desember. Awan gelap menutup indahnya senja yang seharusnya terlihat sore ini. Seorang gadis kecil yang memakai jumpsuit berwarna hijau army itu berjalan masuk ke dalam sebuah gallery art bersama dengan sang ayah yang menggandengnya. Ibunya sudah lebih dahulu masuk ke dalam ruangan untuk bertemu sahabat lamanya.
Gadis kecil itu terlihat sangat riang, senyuman cantik di bibirnya tersungging. Kedua matanya menampilkan eyes smile yang sangat indah dan lucu. Genggaman tangan pada ayahnya terlepas. Langkahnya tergesa ketika melihat sebuah lukisan yang menarik perhatiannya. Lukisan yang terlihat biasa saja, karena hanya menggambarkan angka 18 di sana. Entah apa maksudnya, hanya pelukis lukisan itu yang mengetahuinya.
“Hai.” Sapaan itu mengurungkan sebuah tangan mungil yang akan menyentuh lukisan 18 itu.
Gadis kecil itu menoleh dengan tatapan bertanya. Ia tidak mengenali bocah lelaki di sebelahnya ini. Ia tidak pernah berteman dengan lelaki, apalagi lelaki yang memiliki senyum tengil seperti dia.
“Kha.” Ucap bocah lelaki itu mengulurkan tangannya.
Gadis itu memandangi sekilas tangan yang terulur, kemudian ia menjabatnya dengan terpaksa. “Ra.”