Kediri, Desember 2014
Oh kediri, siangmu begitu panas. Sampai-sampai gue harus rela buka baju dan hanya memakai boxer doang. Panas nya Kota ini berbeda dengan Jakarta. Ketika lo jalan diluar, panas jakarta bisa lo rasakan di sekujur tubuh, tapi kediri, malah hanya kaki yang terasa seperti berdiam diri di samping tungku api yang sedang menyala. Percaya gak? Karena kalo lo bilang enggak berarti lo gak percaya. Yaudah gue gak ngurus.
Gue lagi duduk di atas kasur empuk berbalut sprei berwarna biru tua dan gue masih kucel karena belum mandi. Layar laptop menjadi pusat perhatian gue, Karena ada situs facebook yang gue buka disana.
"Istimewa!!! Cantik luar dalem!!," Teriak gue saat melihat akun facebook dengan foto profilnya yang cantik 'dimata gue', gak tahu kalo dimata lo. Dan maaf, cantik dalem nya belum gue cari tahu.
Saat itu juga, gue langsung mengaktifkan insting berburu. Apa lagi kalo bukan mengerahkan segala jurus speak-speak babi yang gue pelajari di 'korea' ( hiperbola ). On the way, sorry maksud gue by the way speak ala ala ini kata sahabat gue asal NTB si Parcho, sangat beracun, pasalnya perempuan yang terkena racunnya akan mengidap gangguan pikiran, halu, dan akhirnya baper yang berujung gagal move on.
"Heh anak Tuyul!!. ngapain kamu teriak teriak kaya gitu?!," Teriak emak gue dari luar kamar.
Iya itu emak gue, Emi Sulistina namanya. Perempuan paling cantik dirumah kami meskipun keriput udah dimana-mana. Tapi mohon maaf, emak emang punya teriakan maut. Mungkin bisa dibilang GorDes yang adalah akronim Gorowok Desa. Gorowok itu teriakan, biar lo tahu. Jadi macam suara teriakan ibu yang empunya rumah susun di film 'Kungfu Hustle', tapi ya nggak sampai bikin orang mental juga he he he. Bahkan Kadang, bapak gue memilih untuk pergi kalo emak mulai mengeluarkan jurus ampuhnya itu.
"Gak apa apa mak, ini tangan kejepit bantal" balas gue teriak.
Sebelum lebih jauh, kenalin dulu, gue Kaivan kastara. Inget, bukan kafan!! Soalnya gue tahu apa yang lo pikirin soal nama gue. Lanjut, panggil gue Tara. Tapi bukan Tara Budiman atau Tara Basro. Tinggi badan 175, kulit putih, dan badan yah lumayan lah. Gak kerempeng, gak gemuk juga. Kalo kata bang haji Rhoma mah yang sedang-sedang saja. Betewe, nama gue ini ada filosofi nya. Kaivan itu tampan dan Kastara artinya masyhur.
Kedua nama ini di ambil dari istilah india dalam bahasa sankskerta. Kata emak yang melahirkan, bapak lagi ngigau waktu kasih nama. Tapi nyatanya bapak menyelipkan doanya di dalam nama yang beliau berikan ke gue. Terbukti salah satu doanya terkabul. Gue terlahir tampan, serius. Orang orang bilang kalo gue mirip sama Adipati Dolken. Gak usah nyinyir lo. Nah, Jadi udah bukan isapan jempol kalo ada cewek yang ngejar-ngejar gue atau nyatain cintanya duluan ke gue. Tapi sayang, belum untuk masyhurnya.
Soalnya, gue pengangguran kelas kakap. Tapi bisa jajan kesana kemari, bisa ngerokok sama ngopi dengan bermodalkan 'Agunan Cinta'. Iya, itulah istilah yang lebih halus dari pada pengeretan. Gue lebih memilih cewek yang loyal dan suka bagi-bagi rezeki. Biar itu cewek banyak amalnya.
Yaudah segitu aja kenalannya. Gue takut lo suka kalo mengenal gue lebih dalam. gue kembali fokus ke target untuk mulai membuka ruang atau celah pendekatan persuasif lewat inbox di facebook.
Gue klik tambahkan teman. Lalu gue chat lewat inbox.
"Hei, keknya kita pernah ketemu deh, tapi dimana ya?," Gue memulai umpan.
Pucuk dicinta ulampun tiba. Doi online. Nama facebooknya Kirana Sandra Elga.
"Siapa ya?," Balasnya
Innalillahi, cuek banget. Gue suka yang model-model begini.
"Oh iya kenalin gue Tara,"
"Udah tau!!"
Astagfirullah, pedes banget dah.
"Tuhkan berarti bener kita pernah ketemu 😁,"
"Kok lo bego ya? Nama fb lo kan Tara😒,"
Innalillahi, sangat betul yang dia katakan.
"Oh iya sih hehe😅," gue mati kutu.
Fine, Basa basi busuk malah jadi busuk beneran. Gue buang langsung ah.
1 menit.. 10 menit.. dia belum bales inbox gue. Oke tunggu sebentar lagi.
Gue masih terpaku melihat layar laptop.
Ah, mungkin game over gara-gara kecerdasan gue.
Puuukk.. gue menutup layarnya.
Untuk mengusir rasa kekalahan, gue keluar kamar. Tapi udah pake baju, cuman cuci muka yang belum. Gue tengok ke arah dapur, duh emak tercinta lagi masak. Aroma ikan asinnya menggugah selera. Tapi, kalo gue samperin, gak tahu juga mau ngapain, dan dengan bijaksana gue berjalan keluar, iya ke halaman rumah. Menikmati angin. Terus masuk angin. Terus emak yang ngerokin sambil ngedumel.
Dihalaman rumah, gue duduk di bawah pohon mangga yang belum berbuah. dibawahnya ada bangku panjang terbuat dari kayu. Kayu bekas kusen yang gue sulap. gue sengaja menaruh bangku panjang itu di bawah pohon ini. Selain adem, gue juga bisa menikmati kopi dan rokok tanpa di usir emak karena asapnya yang bikin beliau kadang terbatuk-batuk. Tapi sekarang kopinya gak ada, karena di sekap emak.