Livskamp

Andhika Rivani
Chapter #13

Livskamp (Part ll - End of Strugle)

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu. Malam nanti aku dan Bella akan tampil di konser tur Vertigo! Jam delapan malam adalah saat kami tampil, aku benar-benar berdebar-debar merasakan ketegangan hari ini.

Aku membuka jendela kamar kosku, jam masih menunjukkan pukul setengah lima pagi. Entah kenapa Subuh ini terasa berbeda dibanding hari-hari biasanya. Bukan karena hari ini adalah hari besarku, tapi aku tidak tahu kenapa Subuh ini suasananya sangat tenang walaupun aku sedang dalam rasa berdebar-debar. Alam seakan berusaha untuk memberikan ketenangan kepadaku.

Air wudhu yang aku ambil saat akan melaksanakan Sholat Subuh di pagi ini sangatlah segar, kembali aku tak tahu kenapa tapi rasanya lebih segar dibanding biasanya.

Setelah selesai melaksanakan kewajibanku, aku menyempatkan diri untuk berjalan-jalan keluar dari kamar kosku. Aku hampir tak pernah melakukan jogging ataupun jalan-jalan pagi, apalagi di waktu subuh. Tapi entah kenapa pagi ini alam seakan memanggilku untuk menikmati keindahannya. 

Udara segar merasuk ke dalam paru-paruku saat aku menghirupnya dalam-dalam. Wangi tanah yang belum tercemari oleh polusi motor dan mobil pagi ini terasa sangat menenangkan. Wangi yang entah mengapa terasa sangat aku rindukan. 

Embun yang masih segar terlihat bertitik-titik membasahi dedaunan tanaman bougenville yang aku lewati. Dengan isengnya aku memetik salah satu daunnya dan aku tiup untuk menghasilkan nada yang unik. Permainan masa kecil yang aku rindukan.

Entah berapa lama aku berjalan hingga sang fajar mulai menampakkan wajahnya di ufuk Timur. Semburat jingga cahayanya mulai mewarnai langit yang mulai terlihat berwarna kebiruan dengan hamparan awan cirrus yang berbentuk seperti gula-gula kapas.

Entah kenapa aku merasakan sekali kedamaian di pagi itu yang perlahan-lahan mengikis rasa tegangku. Aku siap menghadapi hari ini!

Jadwal hari ini adalah berkumpul di Bergen jam 10 pagi untuk kemudian pergi ke lokasi konser bersama-sama. Rencananya kami akan di briefing kemudian akan melakukan GR di panggung pada siang hingga sore harinya. Sebelum pada pukul delapan malam kami akan tampil sebagai musisi pembuka dalam konser tur Vertigo!.

Aku menyempatkan untuk menelepon kedua orangtuaku sebelum aku berangkat dari kos untuk meminta doa restu dari mereka agar semuanya berjalan lancar. Hari ini awal rencananya aku akan menjemput Kirana dan dia akan ikut dengan kami dari awal. Namun karena Kirana ada acara interview mendadak dengan media dari Slovakia yang sedang datang ke Jogja, jadi Kirana hanya akan ikut sampai Bergen saja, menyelesaikan interview-nya, kemudian akan menyusul ke venue pada sore harinya.

Aku berharap semuanya berjalan lancar hari ini, dan setelah ini aku berharap akan banyak hal positif yang datang dan aku juga akan lebih berfokus dengan Kirana. Akan aku bawa dia melihat aurora di Bergen, sesuai janjiku padanya.

 Kirana sudah menanti di teras rumahnya saat aku sampai di sana. Terlihat dia tersenyum saat melihatku dan bergegas berjalan menghampiriku.

“Gimana rasanya hari ini? Bakal manggung ditonton ribuan orang satu Jogja lho," goda Kirana.

“Tegang, deg-degan… tapi gak sabar juga nunggunya. Kaya yang aku bilang dulu, rasanya kaya hari pertama masuk kuliah, tegang, takut, tapi pingin cepet-cepet. Haha…” Jawabku.

“Gak bisa nemuin analogi lain ya? Itu terus perasaan. Hihihi….” Kirana kembali tersenyum. Aku senang melihat kondisinya hari ini. Dia sudah mulai bisa tersenyum lagi, mulai bisa bercanda lagi, walau terkadang aku juga melihatnya termenung dan menanggis sendirian.

“Itu yang paling gampang. Hehe…” Jawabku singkat sembari menyerahkan helm kepada Kirana.

“Bentar Ay, jangan dipakai dulu, Hmmm… Ay, kamu cantik banget hari ini," aku menatap Kirana dan memujinya karena dia memang terlihat cantik sekali pagi ini.

“Apaan sih Beb… Gak biasanya kamu muji gini. Pasti ada apa-apanya deh!” Kirana terlihat tersipu mendengar pujianku.

“Enggak Ay, beneran, kamu cantik banget hari ini," pujiku lagi, mataku belum lepas memandangnya.

“Udah ah Beb, yuk berangkat!” Kirana masih terlihat salah tingkah kemudian memakai helmnya dan naik ke atas motor.

Semua orang sudah berkumpul di Bergen saat aku dan Kirana sampai di sana. Terlihat wajah-wajah tegang namun excited di sana, terutama Bella. Terlihat sekali dia nervous, mimik wajahnya tidak sama seperti biasanya. Yah wajar saja sih, walau dia orangnya cuek, tapi malam ini dia akan perform bernyanyi di hadapan ribuan orang, hal yang lumrah dia menjadi sangat tegang.

So.. are you two ready? Masih gak nyangka banget lho gue kalian berdua bakal ngewakilin Bergens tampil di konser besar!” Ujar Gary terlihat bersemangat hari ini.

“Gue aja juga masih gak nyangka Ger. Ini beneran kan ya? Anjir nervous banget nih," celetuk Bella.

Do your best guys! Kita bakal ada di belakang kalian!” Teriak Lisa bersemangat.

“Jangan malu-maluin ya! Awas aja kalo ada salah kalian di atas panggung nanti!” Yosef mendeklarasikan ancamannya.

“Terus yang jelas, ikut promoin kita-kita ya! Kita juga pengen main di panggung yang besar nih! Hahaha… “ Seloroh Rian.

“Pasti! Mohon dukungan dan doa kalian ya. Kita bakal maju sama-sama, pasti!” Jawabku lantang.

Good luck, kita akan jadi saksi pertama penampilan duo yang kayanya bakal meledak nih nanti!” Puji Tania.

“Kita bakal gede bareng-bareng Tan, kita semua kan lahir di Bergen ini, dan bakal sukses sama-sama nanti membawa nama Bergen," balas Bella.

“Oh ya, sebelum berangkat, boleh aku minta satu hal?” Aku memotong pembicaraan mereka dan meminta Kirana mengeluarkan sesuatu dari tasnya.

Alat bantu dengar miliknya.

“Ger, boleh hidupin sound bentar sama keluarin gitarnya? Aku pingin main lagu ini sekarang. Aku ingin Kirana pertama kali mendengar lagu ini sebelum dimainkan secara resmi di atas panggung besar nanti," pintaku.

Lihat selengkapnya