Mencintai, sakit.
Dicintai, rumit.
Kalau saling mencintai pun
masih ada perkara yang membuat segalanya sulit.
__________
SUARA dentingan kopi diiringi canda tawa lima pemuda menembus angin malam yang berdesau. Sayangnya, tidak mampu menembus perhatian cewek berhijab merah marun yang membuat pipinya merona. Wajah itulah yang dijadikan alasan cowok-cowok untuk mengajak kencan dengannya. Sebagai bukan anggota play girl, dia hanya memberi keberuntungan pada satu laki-laki. Namanya Rifki.
Sesekali bercanda, sesekali melirik pacarnya yang kelihatan bosan setengah mati. Cewek itu hanya mendongak ke arah bintang-bintang yang tumpah ruah di langit hitam. Satu keinginan hati Rifki adalah pacarnya bisa mengalihkan sifat pendiamnya di candaan seasik ini. Rifki ingin memamerkan bahwa seorang pengusaha muda gerabah yang terkenal seantero kecamatan Wedi itu bisa mengencani kembang desa yang baru mekar bernama Linnytha Candhik Ayu.
“Sayang, kamu pamitan dong sama temen-temen aku. Kamu kan mau kuliah,” kata Rifki yang sengaja dikeras-keraskan. Menyiku lengan Linn untuk mengode biar dia mau bersuara.
“Pamit apa? Aku cuma ke Jogja dan tidak nyewa kos. Jadi aku bisa melihat kalian setiap hari,” sahut Linn. Bahkan sampai aku muak, batinnya.
“Kenapa enggak ngekos, Linn? Perjalanannya juga dua jam lho dari Klaten ke Bantul,” cetus pria yang berambut kribo.
“Udah tau kan alasannya? Tuh, alasannya!” timpal teman Rifki yang berkumis lumayan tebal sambil menuding Rifki menggunakan rokoknya. Mendengar seolah-olah pujian itu, Rifki mendekatkan jarak duduk lalu menangkup puncak kepala Linn. Pamer, tentu.
“Gila ya! Sejak pacaran sama Rifki, Linn bisa lepas dari mainan tanah liat yang bertahun-tahun menjamur di tangannya! Udah enggak mau jadi tukang keramik lagi, Non?” si Kribo kembali bicara padanya. Linn hanya bungkam ditelan kebosanan.
Suasana tak lagi bicara pada Linn. Mereka kembali mengobrolkan pemilu tahun ini lalu mencaci maki masing-masing kandidat. Seolah mereka reviewer politik profesional sebelum Debat Capres dilaksanakan. Asap rokok makin tebal mengepul ke udara dan langit sudah sehitam jelaga. Matahari secara sempura meninggalkan singgasana.
Linn kembali menatap bintang yang berkedip.