Akhirnya pelajaran MTK pun selesai. Kami memberi salam dan pulang karena sekolah telah usai. Maylea udah pulang duluan karena mobil supir nya udah di depan sekolah. Karena gue juga ga tau mau ngapain disini, gue pun segera pulang sekolah untuk menemani nenek yang sendirian di rumah. Yah setiap hari gue begitu. Gue pun melangkahkan kaki lebih cepat supaya lebih cepat sampai ke rumah. Di jalan gue berlari sesekali. Soalnya waktu akan semakin larut dan semakit berbahaya, dan nenek pasti sudag menunggu gue. Sesampainya di rumah, gue pun langsung memanggil nenek.
"NEKKK, Vana pulang...", tidak ada jawaban. Gue pun masuk kedalam rumah sambil memanggil nenek. Saat gue pergi ke ruang tamu, nenek terbaring lemah di lantai dan tidak sadarkan diri. Gue kaget dan spontan meneriaki nenek.
"NENEK!!! Nenek kenapaa?? Nenek bangun nek... Kita ke klinik yuk nek.. Nenek..", gue pun mulai menitikkan air mata gue, gue mulai takut, apalagi kalau nenek malah meninggalkan gue seperti ayah dan ibu. Gue semakin takut memikirkan kalau itu terjadi. Gue terus menerus berdoa di dalam hati agar nenek segera bangun. Dan doa gue langsung terkabulkan. Nenek langsung terbangun sambil memegang kepalanya yang sakit.
"Nek! Nenek gapapa?" ucap gue yang panik melihat keadaan nenek yang lemah. "Nenek gapapa nak.. Nenek cuma sakit kepala, nenek sepertinya kurang istirahat hari ini." ucap nenek sambil memijat mijat kepalanya. Gue pun memapah nenek ke kamarnya dan memberinya minyak kemudian memijit kepalanya. Gue juga langsung memberikannya obat.
"Nek, kondisi nenek sampai seperti ini, ayo kita pergi ke klinik..", "Tidak usah.. Nenek cuma kurang istirahat aja kok, habis istirahat juga udah sehat kembali..". Gue terus mengajak nenek ke klinik, namun nenek terus menolak dengan alasan kurang istirahat. Nenek tidak suka dipaksa, jadi gue pun hanya bisa mengikuti kemauannya. Sejak gue SMP, nenek selalu menolak apapun yang gue tawarkan. Mulai dari makanan enak, pakaian bagus, semuanya dia tolak, alasannya karena itu terlalu mahal dan dia tidak pantas untuk menikmati hal mahal tersebut. Bahkan obat herbal yang gue beli di pasar pun ditolaknya dengan alasan dia masih sehat bugar. Padahal gue beli agar daya tahannya lebih baik. Bahkan nenek pernah memarahi gue, katanya gue selalu mengambil keputusan sendiri dan selalu memaksa nenek. Jadi gue hanya bisa ikuti kemauannya. Nenek memang sungguh keras kepala.