Hari demi hari berjalan. Dunia, belum terlepas dari virus jahat yang membabak belurkan fisik manusia juga ekonomi masyarakat. Nyatanya, seiring berjalannya waktu saat pandemi, masyarakat tidak bisa menerima penuh terkait sistem pemerintah yang mengharuskan masyaraktnya hanya di rumah. Pasalnya, kebutuhan pokok terus berjalan, dan sebagian besar masyarakat merisaukan keadaannya yang hanya di rumah.
Mungkin, bagi sebagian orang di rumah ketika pandemi adalah hal yang terbilang baik-baik saja. berkumpul dengan keluarga, tanpa mempermasalahkan kebutuhan, minimal seperti makan, dan kebutuhan pokok yang lainnya. Nyatanya, pandemi ini melumpuhkan roda kehidupan dengan dasyat, apalagi mengenai kebutuhan yang setiap hari harus berjalan.
Meski begitu, pemerintah juga tidak tinggal diam. Sembako, dan pembagian uang sudah teranggarkan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan. Namun, bantuan dari pemerintah saja juga tidak cukup, mengingat penerapan lockdown ini bukan hanya berjalan sebentar. Itikad baik pemerintah, adalah salah satu bentuk kepedulian terhadap rakyatnya.
Dunia masih sepi, namun sosial media ramai sekali, terkadang juga sesak dengan berbagai keluhan masyarakat mengenai dampak lockdown yang tidak berkesudahan. Bukan hanya itu, berbagai sosial media juga padat akan segala hal yang berkaitan dengan kecemasan masyarakat mengenai bahan pokok yang melonjak naik, sedangkan masyarakat tidak melakukan aktivitas seperti biasa. Akibatnya, seiring berjalannya waktu, lockdown dapat menyimpulkan bagaimana cara manusia menanggapi dan menghadapi pandemi ini.
Disamping hari-hari yang penuh dengan pekerjaan, informasi-informasi seputar dampak buruk hadir satu persatu. Lain hal, di samping mendekati bulan suci Ramadhan tingkat kriminal justru makin nomor satu.
Malam itu, aku menyengajakan duduk didapur, membuat kopi dan berencana menyaksikan acara televisi. Tidak ada siapa-siapa, beberapa orang berlalu lalang mengambil minum. Tidak ada satupun chanel televisi yang jauh dari pemberitaan dampak ataupun segala hal yang berkaitan dengan Corona. Bahkan, tingkat kriminal semakin tinggi akibat pengangguran serentak dialami seluruh masyarakat. Tidak berhenti sampai di situ, provokasi-provokasi mulai bermunculan, dengan argumen yang menolak penerapan lockdown lantaran masyarakat harus mencari kebutuhan.
Lain hal, kala itu aku bersama dengan tim terjun langsung ke lapangan, dimana kami banyak menjumpai orang-orang pedagang kaki lima yang nekad melakukan aktivitasnya, seperti biasa. Mulai dari pedagang asongan, pedagang kecil yang berkeliling, dan sebagainya. paling banyak kami jumpai yaitu pemulung di kota besar ini. Meski begitu, patroli yang berkeliling menjaga keamanan dan kesehatan masyarakat kerap menegur, tapi selalu diabaikan oleh mereka, oleh masyarakat kecil. Tentu hal ini menjadi satu hal yang cukup serius. Seolah manusia terpasung, tanpa mengisi perutnya dengan baik. Ada tidaknya Corona, pasti akan mati juga.
Anjlok, melorot, benar-benar babak belur. Masyarakat tidak bisa terus diam. Aku menjumpai satu kondisi dimana masyarakat nekad beraktivitas seperti biasanya, untuk menyambung kehidupan. Apalagi bulan Ramdhan hanya tinggal menunggu mingggu. Otomatis bagaimanapun caranya, orang-orang harus berfikir sangat keras, untuk menghasilkan sesuatu tanpa harus keluar rumah. Namun sekali lagi, hal ini tentu tidak adakn berjalan, mengingat masyarakat dengan berbagai latar belakang yang ada.
Hari itu, kami mengadakan liputan di sebuah wilayah penduduk, yang letaknya berdekatan dengan pasar dan pemukiman warga. Kami menjumpai beberapa pemulung, dan laki-laki separuh baya yang berprofesi sebagai penyemis sepatu.
“Bantuan di wilayah kami belum datang, sementara beberapa tetangga mati kelaparan. Kami sudah mentaati aturan pemerintah, tapi kali ini mohon maaf, kami tidak bisa tinggal diam. Kami haru keluar, dan mencari sampah plastik untuk biaya makan”
“di saat pandemi, memang tidak akan ada yang menyemir sepatu. Untuk apa? PNS PNS yang di PHK kini berjualan siomay keliling. Yang penting saya yakin sajalah corona ini tidak menyakiti saya. Karena Tuhan tau, ini demi kebaikan hambanya”