LOCUS: kasa kufasa

Miftachul Arifin
Chapter #1

PENGANTAR PENULIS

Perjalanan masih akan berlanjut. Mengunjungi beragam peninggalan dari era-era sebelumnya, terutama Era Kekacauan. Era kini telah beralih memasuki Era Kebangkitan. Bangkit setelah kedelapan Dewan Dimensi berhasil menangkap esensi dan substansi energi luar biasa dahsyat dari gulungan gelombang Bencana ke dalam buku Mansheviora (Bab X – Tiba). Meski harus mengorbankan diri mereka sendiri. Walau mesti berpisah dari kehidupan mereka di Bumi serta mengakhiri pertemuan mereka dengan Nick dan Kisla. Kisah tetap perlu diteruskan. Lebih-lebih, Locus punya masalahnya juga yang tak kalah pelik dan mengganggu.

Bicara ihwal penamaan Locus, maknanya lebih ringan ketimbang Apeiron (yang tak terhingga). Locus adalah sebentuk ruang. Manifestasi eksistensi yang baru setelah umasa-umasa (milenium-milenium) awal Semesta Alternatif. Locus dapat pula berarti ruang petualangan baru bagi para tokoh utamanya. Meski tokoh-tokoh tersebut baru, tetapi masih ada pula kehadiran entitas-entitas lama dari era-era sebelumnya. Locus ialah cara bagi para entitas tersebut berjumpa dengan ruang-ruang lama berupa reruntuhan, makam, hingga kota-kota sejarah. Kota-kota yang menyimpan catatan sejarah dari pelbagai lini masa dan mengupayakan kerja-kerja pengarsipan terbaik untuk data-data tersebut. Sementara itu, arti "kasa kufasa" menurut bahasa Viore (bahasa paling sederhana dan mudah di Semesta Alternatif) ialah buku ketiga.

Namun, Locus bukan sekadar pelajaran sejarah melalui kota-kota, peninggalan, dan reruntuhannya. Locus dibawakan oleh seseorang yang terpaksa harus turun dari wilayah langit demi menebus dosa-dosa ayahnya atas pelanggaran luar biasa. Terpaksa mesti menjalani misi pengembaraan menyusuri sepenjuru Alam 3 di Locus. Mulanya seorang diri, lantas bertemu dua rekan baru kemudian. Kendati demikian, Locus sesudah Era Kekosongan rupanya benar-benar menjadi berbahaya bagi entitas biasa. Bertambah lagi misi sang penghuni Langit Locus yang turun itu.

Ia adalah seorang anak yang terlahir di tengah perpecahan budaya antarsuku. Suku-suku pemuja unsur-unsur alam semesta. Suku-suku penjaga kepercayaan terhadap dewa-dewi ruang dan waktu. Tidak satu pun di antara mereka dapat dengan mudah dibedakan dari manusia biasa. Dewa Ruang dan Dewi Waktu menjaga mereka. Menyelubungi tatapan tajam dengan welas asih lembut para pengasuh. Melapisi kulit bergerigi dengan warna putih, kuning langsat, sawo matang, dan kehitaman. Mereka benar-benar bak entitas biasa penduduk Alam 3. Alam dengan lingkungan hidup terbaik dibanding Alam 1 bahkan 2. Semacam oasis di Semesta Alternatif. Kendati tak semua entitas dapat masuk dan keluar sesukanya di sini.

Lihat selengkapnya