Tiar mulai bercerita pada Bonar, tentang susah nya hidup sewaktu awal awal dia datang ke Jakarta. Susahnya Mendapatkan klien untuk makeup pengantin. Tak butuh waktu lama kemudian Tiar semakin nyaman dengan Bonar. Lalu ia Susahnya kerja sambil kuliah lagi, ditambah ia juga punya tanggung jawab untuk mengirim uang ke kampung agar uang kiriman itu di bagi untuk biaya kuliah kedua adiknya dan tambahan biaya disana. Walaupun Tiar sudah berbicara panjang lebar, pria yang tadi menyebut diri nya Bonar itu ternyata tidak sedang mendengarkannya. Tetapi terus melihat kearah tas Tiar. Situasi tersebut membuat Tiar merasa tidak nyaman.
"Ngeliatin apa sih to dari tadi?" Bonar menajamkan dan mengendurkan pandangan matanya, seperti dia sedang menunjukkan sesuatu dengan tatapannya. Tetapi Tiar tetap tidak mengerti maksudnya. Tiar melihat Bonar seperti orang yang tidak waras.
"Ini abang itu masih lama gak ya kira-kira?"
Kelakuan Bonar membuat Tiar ingin cepat-cepat selesai berurusan dengan Bonar lalu langsung segera pergi meninggalkan tempat itu.
"Eh kau, tanganmu itu heh." Bonar membentak dengan keras. Tiar terkejut dan ketakutan. Orang yang dibelakang Tiar sama terkejutnya. Kini dompet merah Tiar sudah ada ditangan pencopet itu. Setelah melihat pencopet itu Tiar baru mengerti tindakan bonar yang disangkanya tadi seperti orang tidak waras. Pencopet langsung mengambil langkah seribu sambil mengapit dompet itu diketiaknya. Dengan sigap Bonar berlari dan menangkap tangan si pencopet. Si pencopet melempar dompet itu .
"Cepat ambil dompet mu to, itu disitu, sebelum diambil komplotannya." Bonar menunjuk arah tempat pencopet itu melempar dompet Tiar. Suasana semakin heboh. Orang-orang semakin banyak berdatangan mau menangkap pencopet itu. Pencopet itu menjadi ketakutan dan meronta-ronta agar tangannya terlepas dari pegangan Bonar.
Orang orang mencari sesuatu lalu kembali sambil mengambil sapu dan balok kayu. Bersiap-siap menghajar pencopet itu. Pencopet itu wajahnya semakin pucat dan gemetar.
"Jangan sampai dibawa ke polisi, kita massa kan dulu aja," Kata salah satu provokator diantara mereka.
"Betul, jaga pintu keluar."
Bonar melepaskan tangannya. Pencopet itu mengambil kesempatan untuk kabur. Badannya sangat lincah menghindari orang-orang. wajah kepalanya sudah sempat bocor karena terkena pukulan. Banyak orang mengejar pencopet itu sampai keluar. Bonar tidak lagi memperdulikan kabar terkini pencopet itu.
"Gimana to, aman kan?"
Tiar cuma bisa mengangguk. tangannya gemetar merangkul dompet miliknya. Dengkul Tiar begitu lemas sehingga Bonar berinisiatif memegang pundak nya.
Bang Gonggom dengan santai datang membawa sortali pesanan Tiar.
"Bah, ku dengar tadi katanya ada pencopet yang tertangkap? siapa yang dicopet?"
Bonar menjelaskan kronologi nya kepada bang Gonggom. Bonar yang melihat Tiar masih shock menawarkan untuk bareng keluar sekalian menemani Tiar menunggu ojek online.
"Maaf ya to ngerepotin."
"Ah gapapa, aku juga sekalian jalan ke parkiran, aku mau balik juga kekost"
Tiar mengangguk. Sekarang Tiar dan Bonar sudah dipinggir jalan. Tiar mengambil handphonenya berniat memesan ojek online.