"Kak Hary rumahnya di mana?"
"Cukup jauh sih, sepuluh kilometer dari sini."
"Sekarang sudah hampir setengah sebelas malam loh kak. Kakak pulang malam-malam banget bahaya kak."
"Salah kamu gak bangunin aku lebih awal!"
"Lah kok salah Lola. Kakak yang mainnya jauh banget!"
"Kamu tau di simpang sana mau dibangun flyover?"
"Iya tau kak. Kan udah terlihat pembangunannya, parah sih macet banget tiap waktu."
"Flyover yang di sana itu proyek yang aku handle sekarang. Seringnya pembangunan dikebut malam hari. Karena itu aku akan sering ada di sekitar sini beberapa bulan."
"Kak Hary keren banget. Nanti kalau aku lewat di sana pasti langsung ingat kak Hary."
Hary tersenyum sesaat. Dia sudah biasa mendapat pujian. Tapi pujian dari Lola berbeda. Seolah-olah sesuatu menampar hatinya. Kini jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya.
Hary menghentikan motornya di gang rumah Lola. Sesuai kesepakatan, Hary akan menunggu Lola sampai ke rumahnya. Hary menghargai keputusan Lola yang memintanya mengantar hanya sampai di depan gang. Tidak seperti beberapa waktu lalu Hary bisa mengantarnya hingga ke rumah Lola. Hary menghargai itu meskipun penasarannya menggebu-gebu. Meskipun dia kecewa tidak bisa menghibur matanya dengan melihat halaman rumah Lola yang sangat ramai dan berwarna.
Lola masih berbaring malas di tempat tidurnya. Bajunya belum diganti. Wajahnya belum dicuci. Lola memegang dadanya yang tidak kunjung berdetak normal. Meskipun tidak pernah pacaran, dia sangat yakin atas apa yang diucapkan Hary di kafe tadi adalah lampu hijau tentang hubungan mereka.
"Maksudnya gimana kak?"
"Dulu aku menyesal tidak mengenal seseorang dengan baik. Sekarang berbeda. Sekarang aku ingin memulai lagi." Hary berhenti sejenak. "Di kamu," sambungnya.
"Maksudnya kak Hary mau dekat dengan aku? Gitu?"
Hary melipat tangannya di meja. Dia membenamkan separuh wajahnya di tangannya yang terlipat. Hary memejamkan matanya dan tersenyum.
"Aku rasa keputusan ini benar. Kamu selalu jelas dalam berbicara. Aku menyukainya."
Tidak memerlukan waktu lama bagi Hary untuk tertidur. Sementara itu Lola merasakan ada sesuatu yang aneh di dalam dadanya. Entah karena minum kopi atau karena Hary yang membuatnya salah tingkah.
Perlahan-lahan Lola memanglingkan wajahnya untuk melihat Hary. "Ternyata dia benar-benar tidur," bisik Lola kepada dirinya sendiri.
Lola tidak lagi mengetik. Dia menatap Hary yang tertidur di sana. Lola bisa merasakan betapa lelahnya lelaki yang berada di sampingnya itu. Melihat Hary membuat Lola merasa kasihan. Lola bertanya-tanya dipikirannya. Tentang bagaimana harinya, tentang apakah dia sedang kesulitan, apakah dia terlalu keras berjuang, dan apakah dia sudah bahagia.
Lola yakin dia bisa membaca lelaki itu. Selama ini dia selalu tepat dalam mengamati orang-orang. Lola yakin perkiraan tidak salah, bahwa kak Hary pasti sedang tidak baik-baik saja.
Melihat Hary membuat Lola teringat dengan kakak laki-lakinya. Lola penasaran apakah kak Dino sudah bahagia? Atau apakah kak Dino sama seperti Kak Hary sekarang ini. Terlihat seperti sangat keras kepada diri sendiri.
***