Lompat Kelas

heriwidianto
Chapter #25

Dua Puluh Lima

Permintaan air minum dingin menjadi peluang bagi Sriyati untuk mengamati perubahan rumah kontrakan adiknya. Taman di depan sepertinya lebih terawat daripada terakhir kali dia bekunjung. Cat rumah juga sudah diremajakan. Semua perabot tertata rapi, dengan beberapa barang baru yang sempat membuatnya mengerutkan dahi sambil menghitung-hitung dalam kepala. Kira-kira, habis uang berapa Sriatun?

“Baru beli tivi sama sepeda motor, ya?” tanya Sriyati setelah menerima uluran segelas air putih dingin dari adiknya.

“Aku ganti baju dulu ya, Mbak,” Sriatun sengaja tidak membalas pertanyaan kakaknya dan berjalan menuju kamarnya. Dia tidak mengira, Sriyati bangkit dari tempat duduk dan ikut berjalan di belakangnya. Bahkan, saat Sriatun membuka pintu dan masuk ke kamar, tanpa berkata apa-apa, Sriyati menyelinap dan sudah lebih dulu duduk di ranjang sebelum dipersilakan.

Sriatun hanya bisa menghela napas panjang ketika membelakangi kakaknya.

Sadar adiknya sedang tidak ingin bertengkar, Sriyati mencoba untuk mendinginkan suasana. “Aku bantu bersihkan riasanmu, ya.”

Belum sampai menolak atau mengiakan, Sriyati sudah lebih dulu bergerak mengambil pembersih wajah dari meja rias adiknya. Dia lalu mendorong kursi rias mendekat ke ranjang dan meminta adiknya itu duduk. Sriyati kemudian meletakkan pantatnya di ujung ranjang dan segera memulai aksinya. Meskipun banyak pertanyaan muncul dalam benak Sriatun, dia mencoba menurut saja.

Dengan telaten, Sriyati membersihkan sisa-sisa riasan. Jarang sekali mereka melakukan hal-hal semacam itu, tetapi ternyata, tidak memancing kecanggungan ketika berada dalam satu ruangan yang sama.

“Uangmu masih banyak kan, Sri?” tanya Sriyati di tengah-tengah mengambil kapas dan menuang cairan pembersih wajah.

“Masih, Mbak. Aku lumayan nggak boros, kok. Cuma beli sepeda motor untuk Mas Moko mengojek, tivi lamaku memang sudah waktunya ganti, kami bertiga ganti hp yang lumayan mahal tapi nggak mahal-mahal banget karena layarnya memang sudah buram, terus beberapa kali makan di luar, sama beli beberapa potong pakaian dengan harga terjangkau, tas, sepatu, dan seragam buat Miranda. Semuanya dirapel, soalnya sudah lama nggak beli barang-barang itu buat Miranda dan Mas Moko. Menurutku, sekali-kali menyenangkan mereka nggak masalah kan, ya,” Sriatun menjelaskan sedetail mungkin tanpa disela, karena pasti akan ketahuan juga oleh kakaknya kalau sampai dia berbohong. “Dan, beberapa emas yang aku pakai ini,” katanya sambil menunjukkan perhiasan yang masih melekat di tubuhnya.

“Sekarang kamu mirip toko emas berjalan. Ndeso,” seloroh Sriyati dan mengundang tawa kecil keduanya, sebelum raib karena merasa mereka tidak sepatutnya sedekat seperti sekarang ini. “Sri, aku rias lagi, ya. Tadi riasanmu norak banget!” ucapnya ketika sesi membersihkan riasan hampir berakhir.

Tidak ingin mendengar penolakan, Sriyati bergerak mengambil peralatan make-up adiknya dan memulai aksinya setelah melepas hijab Sriatun terlebih dulu.

Di tengah-tengah kegiatan kakaknya merias, Sriatun bertanya, “Mbak kenapa bawa koper besar ke sini? Biasanya kecil.”

Terjadi jeda selama sekian detik. Sekilas Sriatun menangkap mata kakaknya berkaca-kaca dan menambah suasana muram yang tidak sengaja mereka ciptakan.

“Aku sengaja mau menginap agak lama di rumahmu,” Sriyati membalas setelah memandang ke arah lain untuk mengusir pekat yang menumpuk di hatinya.

“Berapa lama?” Sriatun bertanya, seperti tidak terjeda napas. Saat menyadari nada pertanyaannya terdengar tidak menyenangkan, segera dikoreksinya, “Maksudku, mau menginap berapa lama di sini, Mbak?”

“Beberapa hari sampai aku bosan.”

Karena Sriyati memelotot ketika adiknya akan membuka mulut kembali, kemungkinan protes, maka Sriatun memutuskan menelan kembali pertanyaannya. Bersamaan dengan hal itu, notifikasi WhatsApp dari dalam tas Sriatun berbunyi. Setelah izin sebentar untuk mengambil dan membaca pesan tersebut, Sriyati mengangguk dan melanjutkan kegiatannya merias.

Dari: Durikah

Hampir semua orang di pasar tahu kalau Yu Mi ada main sama Kang Dokoh. Cuma kamu yang lancang dan bodoh buat masuk ke ranah itu. Tapi, aku salut sama keberanianmu tadi. Kamu pantas dapat bakso dan es jeruk kalau kita ketemu di pasar.

Sriatun mencureng sembari mengetik pesan balasan dengan cepat.

Kepada: Durikah

Telek!

Dari: Durikah

Hahaha.

Lihat selengkapnya