Di saat sebuah pertarungan berikutnya berlangsung, tiba-tiba para petarung dan penonton dikejutkan oleh kedatangan satu pasukan Belanda. Mereka menyeruak kerumunan penonton. Sesaat kemudian naiklah salah satu dari serdadu ke atas ring. Tubuhnya tinggi besar, potongan rambut ala militer, badannya kekar dengan otot-otot yang tampak dari luar.
Dengan suara keras ia berkelakar,” Hai kalian semua majulah, lawanlah aku Robert sang jawara Eropa…. ha.. ha.. ayo siapa yang mau melawanku, hai kalian berdua majulah sekaligus, ayo lawan aku!”
Dua orang pendekar yang masih di atas ring merasa terusik dengan kehadiran pendekar tersebut. “Ukh.. sombong sekali kau.. baik kami penuhi tantanganmu, bersiaplah!” kata salah satu pendekar.
“Ayo silahkan mulai kalian berdua!” kata Robert sambil mengambil sikap kuda-kuda dengan gaya tarung seorang petinju.
Sesaat kemudian kedua pendekar betawi itupun dengan sangat tangkas menyerang Robert. Tetapi serangan kedua pendekar tersebut selalu dapat dipatahkan dan kini Robert membalas serangan mereka dengan menggunakan teknik tinju dan gulat.
Secepat mata memandang, tangan salah satu pendekar Betawi tertangkap Robert, dengan kekuatan penuh dia membanting pendekar betawi tersebut ke tanah, dilempar dengan satu tangan. Seketika itu juga tubuh pendekar betawi itupun membentur tanah dengan sangat keras, darah segar keluar dari kepalanya, tulang punggungnya patah, dan sesaat kemudian dia sudah tidak bergerak sama sekali.
Kejadian tersebut membuat suasana jadi kacau, amarah, caci maki, ketakutan mewarnai malam itu. Puluhan pendekar yang hadir saat itu sangat marah dan hendak mengeroyok Robert. Tetapi niat mereka untuk naik ke atas ring dihentikan oleh suara tembakan senapan oleh salah satu serdadu . Suasana menjadi semakin kacau setelah salah satu pendekar tumbang ke tanah karena tertembus peluru timah panas.
“Ayo maju.. lawan dia, jika nyali kalian besar, tunjukkan di atas ring ha.. ha.. ha!” tantang salah satu serdadu.
“Dasar biadab, hai Robert kau telah membunuh sahabatku, baik akan kubunuh kamu!” teriak pendekar pribumi yang masih berada di atas ring yang dibalas dengan senyuman sinis Robert.
Pertarungan pun kembali terjadi. Dengan emosi yang tak terkendali pendekar itu menyerang dengan membabi buta, semua serangannya tidak terarah sehingga sangat mudah dipatahkan oleh Robert. Kemudian hanya dengan satu gerakan cepat, Robert merangkul tubuh pendekar itu, membantingnya ke lantai panggung, Robert mengunci tangan dan leher dengan sangat kuat hingga akhirnya membuatnya tidak bernafas lagi alias tewas. Hal itu semakin membuat marah para pendekar lainnya.
“Ha.. ha.. ha ayo siapa lagi yang mau melawanku.. akan aku lenyapkan nyawa dari tubuh kalian!” kata Robert.
Tiba-tiba seseorang melompat naik ke atas ring, dia muncul dari kerumunan para pendekar. Berdiri satu sosok pemuda di atas ring, berperawakan tinggi, kulitnya kuning langsat, matanya sipit, berpakaian khas pendekar Tionghoa serta mengenakan caping di kepalanya.
“Hai Robert jangan banyak omong, aku yang akan membalas kematian mereka,” katanya.
“Hei..siapa kamu berani melawanku?” tanya Robert.
“Kau tidak perlu tahu siapa aku, itu tidak penting, bersiap-siaplah menuju ke neraka!” jawabnya.
Tanpa banyak basa-basi pemuda itu menyerang Robert dengan sangat cekatan hingga membuat Robert kalang kabut. Beberapa pukulan pemuda itu mendarat tepat di wajah Robert hingga membiru. Satu tendangan keras telah membuatnya jatuh tersungkur di lantai ring. Suara ramai sorak sorai penonton menyaksikan Robert tersungkur. Tetapi Robert kembali bangkit, dengan amarah yang memuncak, kini giliran Robert yang menyerang pemuda itu. Teknik tinju digunakan untuk melawan pemuda itu, tetapi semua serangannya dapat dielakkan. Pemuda tersebut sangat lincah dan gesit.
Gerak langkah kaki, tipuan dan teknik kungfunya yang rumit membuat Robert tidak berkutik. Tidak membutuhkan waktu terlalu lama, pemuda itu mendaratkan satu pukulan tepat mengenai jantung Robert, satu pukulan keras menghantam titik dada kiri, satu tekanan keras disertai putaran genggaman tangan telah membuat Robert jatuh terkapar di atas ring. Kembali suara sorak-sorai penonton terdengar semakin ramai. Melihat Robert, sang jawara mereka sudah terkapar tak berdaya, para serdadu mengangkatnya dan membawanya pergi meninggalkan ring.