"Enak loh pisangnya," kata Rena menyodorkan makanannya.
"Punyaku juga enak, kok!" Ana menimpali.
"Eh, kalian tau gak soal kakak kelas itu?" Shinta langsung mengganti topik pembicaraan.
Mendengar temannya ini melontarkan pertanyaan yang berbumbu perghibahan, Rena langsung mendeketkan dirinya pada Shinta. Ia adalah salah satu dari empat temannya yang paling senang dengan topik perghibahan. Sebenarnya, bukan hanya Rena. Tapi, Ana, Lala, Shinta dan tentunya aku, Tasya juga paling demen dengan topik seperti ini.
"Kenapa-kenapa?" Rena begitu penasaran.
Shinta menyelesaikan makanan di dalam mulutnya terlebih dulu lalu ia mulai memulai topik perghibahan itu. "Tau gak kakak kelas yang itu sok kecantikan banget tadi lewat depan aku. Ih, sumpah deh! pengenku pelintir lehernya." Shinta berbicara dengan geram.
Aku hanya diam dengan asik memperhatikan Shinta berbicara. Melihatnya yang geram seperti itu lantas membuatku tertular atas geramnya. Aku tidak tahu kenapa para senior sering bertingkah sok di setiap ada para murid baru kelas satu. Mau menunjukkan kehebatan, kah? Aku hanya tertawa geli memikirkannya.
"Kalian ghibah terus, deh!" Ana tiba-tiba bergabung dalam percakapan.
Mendengar Ana yang berbicara seperti itu, seketika Lala dan Rena langsung meliriknya. Aku pun juga langsung ikut melirik Ana. Ana lagi dimasuki setan baik, kah? Seolah-olah tidak suka dengan topik perghibahan ini.
"Ghibah itu enak! Kenapa? Kamu ngerasa risih, Na?" ucap Rena.
"Enggak kok. Aku juga menikmatinya, hanya saja heran gitu topik yang kita bahas kenapa selalu topik seperti ini terus." Ana tertawa kecil.
Sambil terus mendengarkan semua ocehan-ocehan teman-teman, aku tertawa kecil karena seseorang yang sedang chattingan denganku. Siapa lagi kalau bukan Ardan. Ardan adalah abangku, kami berdua chattingan membahas kenapa kak Ardan semalam tidak membalas chat whatsappku diselingi juga dia sedikit membuat hal-hal lucu sehingga aku beberapa kali tertawa.
"Lihat deh si Tasya. Senyum-senyum sendiri," ujar Lala.
BAMMMM!
Aku sontak kaget. Badanku langsung bergidik karena terkejut dengan suara meja yang dipukul, ternyata itu ulah si Rena. Karena keusilan Rena, jantungku masih terpompa dengan tidak teratur.
"Jangan asik sendiri sama ponsel dong! Sini gabung obrolan bareng." Shinta melayangkan sendirannya padaku.
"Aku dari tadi gabung, kok. Tadi kebetulan ada yang chat dan udah kubaca juga, gak sopan lah kalau gak dibalas hehe." Aku mengeles santai.
"Palingan juga si Ardan," Lala menimpali.
"Ardan siapa?" tanya Rena langsung kepo.
"Kau dukun yah, La. Tau aja is." Aku tertawa mendengar tebakan Lala.
"Ardan siapa, sih? Kasih tau dong." Rena benar-benar penasaran.