"Arinnnnnn." Panggil Ailen.
Arin yang merasa dirinya dipanggil langsung menoleh kebelakang, dengan memutar bola matanya malas ia menjawab "Paan?"
"Dih, santai aja kali muka lo, nggak ada apa-apa sih, cuma manggil doang, hehe." Ucap Ailen dengan cengiran wajahnya.
"Dasar." Balas Arin sambil meninggalkan Ailen sendirian.
"Eh eh, yaelah gue ditinggal, Arinnn tungguuu woiiii." Teriak Ailen sambil berlari.
Ailen terus berlari mengejar Arin. Panas, capek, keringat bercucuran, itulah yang dirasakannya saat ini.
"Gila, cepet banget jalannya, punya kaki panjang amat sih. Ini juga, masa pagi-pagi gue udah keringetan." cerocos Ailen.
Ailen berhenti, ia pasrah, ia sudah ketinggalan jauh dengan Arin.
Mata Ailen sedang mencari-cari keberadaan kantin, ia menemukan tempat yang sedang dicarinya, dengan tanpa berfikir panjang lagi, ia langsung berlari menuju kantin.
"Auhhhh."
Tiba-tiba kepala Ailen ketimpuk oleh sesuatu benda yang amat berat dan bulat.
"Bola basket?" batin Ailen.
"Bola." ucap seorang lelaki yang menyebalkan.
"Hah? Bola apaan? Bola basket?" cerocos Ailen.
"Hm." balas lelaki itu dengan dinginnya.
''Heh lo, dateng-dateng bukannya minta maaf, malah langsung minta bola, liat nih pala gue." Cerocos Ailen lagi.
"baik aja kan pala lo." Jawab lelaki itu.