Yang ditanyakan terus-terusan "Kapan Nikah" kalau dijawab baik-baik yang tanya malah jadi sewot apa engga ada pertayaan lain -- Seseorang yang tersiksa karena pertayaan Kapan Nikah Scarlett Joana😶
Demi apa pun aku benci acara keluarga, kalau bisa aku ingin menghilang saja paling tidak aku ingin tak kasat mata hanya untuk hari ini saja. Aku ingin untuk hari ini saja mereka mengabaikan ku menganggapku cicak di dinding dan buakan bagian dari mereka. Ya tuhan semoga pertanyaan mematikan itu tidak muncul, stok jawabanku untuk pertanyaan itu juga sudah habis, hanya tersisa jawaban-jawaban kasar saja.
Aku menarik napas panjang. Semuanya akan baik-baik saja, berbaur dan pastikan tidak menarik perhatian, dan semoga pertayaan "Kapan Nikah" tidak pernah terdengar. Semangat diriku kau pasti bisa melewati hari melelahkan ini.
"Eh, Joana aku kira engga datang. Kayaknya sibuk banget sama kerjaan." Sapa salah satu ibu-ibu yang aku yakin adalah istri baru salah satu pamanku. "Apa kabar? Makin cantik saja kamu. Eh udah lama engga ketemu ya, terakhir ketemu waktu aku nikah sama pamanmu tiga bulan lalu."
Aku hanya tersenyum. Sialan tak hanya lupa dia istri baru pamanku yang mana aku juga lupa namanya. saking seringnya kedua pamanku itu berganti istri.
"Eh iya, tante apa kabar?" Tanyaku basa-basi. "Tante sama siapa?"
"Sendiri, Mas Daru baru kesini nanti sore." Aku mengangguk-angguk. Oh dia istrinya paman Daruin salah satu dari dua pamanku yang dikenal suka menikah.
"Joana, sendirian? Pacarnya mana?" Aku tersekat, oke bukan pertayaan biasanya, tapi jelas masih satu ketegori.
Lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum, aku tidak tahu harus menjawab apa. Masalahnya, pertama aku lelah dengan pertayaan itu. Kedua, aku jomblo. Ketiga, kalau aku menjawab asal-asalan seperti yang sudah-sudah bisa-bisa malah jadi makin runyam. Hemm, aku jadi ingat tahun lalu saat aku menjawab asal-asalan mereka minta ditunjukan foto pacarku bahkan ada yang minta video call. benar-benar kacau.
"Eh lah kok malah lari engga dijawab." Ujarnya sembari mengikutiku dari belakang.
"Alhamdulillah tante, masih bahagia sendirian,"
"Mau sampai kapan kamu sendirian? Kamu engga ingin punya anak kayak Vivi, liat itu anaknya imut banget. Mikir dong, Ibumu sudah pingin cucu." Entah muncul dari mana Tante Marina ikut menimpali.
Aku mendengus sebal, kenapa dari sepersekian populasi rumah ini yang datang menimpali malah harus Tante Marina yang dikenal julid, suka berkata-kata kasar menusuk hati dan menganggap bawa dirinya dan keluarga kecilnya lebih baik dibanding keluarga saudara-saudaranya.
"Kamu kapan mau nikah, ingat usia Joana, kamu itu udah tua."