Looking For Hubby

Veninda Oktaviana
Chapter #2

Chaos Dating : Iqbal

Cowok kalau ditanya keluarga di mana? dan dijawab semuanya di kampung halaman tanpa penjelasan lebih lanjut masak harus ditanya yang dimaksud keluarga yang mana? kan aneh.—Lagi berburuk sangka, Joana

 

Menggunakan aplikasi kencan online ternyata tiadak seburuk itu. Hanya saja ponselku jadi jauh lebih ramai. Ada lebih dari selusin nomor baru yang mengirimiku pesan melalui WhatsApp dan instagram, belum lagi ada yang masih mengirim pesan melalui aplikasi kencan itu. Entah trik apa yang di gunakan oleh Vivi sampai-sampai membuat wajahku yang biasa-bisa saja ini jadi terlihat sangat menarik di tampilan beranda aplikasi kencan itu. Bahakan saat aku membaca beberapa pesan yang dikirim Vivi aku terkejut, seluruh pesan yang dikirimkan olehnya terkesan bahwa aku perempuan humoris, penuh pengertian, terbuka, cantik dan pandai merawat diri, intinya semua sifat perempuan idaman. Tentu saja itu bukan aku, aku ini aslinya sangat tidak suka bertukar pesan kalau tidak penting, sangat serius akan banyak hal dan bisa dibilang agak keras kepala, tidak suka dandan apalagi fashion menurutku mereka terlalu merepotkan. Semua definisi wanita idaman itu sangat cocok dengan Vivi, yang membuatku heran kenapa dia pandai sekali melakukan hal seperti ini. Apa dia bertemu dengan suaminya juga melalui aplikasi jodoh?

Aku akui beberapa di antara mereka sangat menyenangkan ada yang mengajakku diskusi soal film superhero. Ada yang mengajakku membicarakan karya sastra, ada yang mengajakku untuk bermain game online. Berhubung seluruh urusan rumah telah usai dan aku masih dalam masa cuti dan tak ada kegiatan, malam ini aku ada rencana untuk bertemu dengan salah satu dari mereka. Bukan aku yang mengajaknya bertemu, aku tidak memiliki cukup keberanian. Orang itu bernama Iqbal, kalau dilihat dari fotonya ia lumayan rupawan, lumayan mengingatkan ku pada Iqbal yang jadi Dilan itu. Kalau dilihat dari cara ia mengirim pesan ia cukup humoris, beberapa kali ia bercada soal hidup bersosial, membicarakan anime, series barat bahkan drama korea yang menjadi favoritnya.

Kita berencana bertemu malam ini, rencananya kita akan makan malam bersama kemudian lanjut nonton film horor di bioskop bersama. Petemuan klasik ala anak SMA namun cukup bisa membuat berkesan sebagai pertemuan pertama. Ngomong-ngomong biasanya apa yang harus di bicarakan saat bertemu dengan cowok asing untuk pertama kalinya? Apa yang harus aku pakai agar dia berkesan? Aduh jangan sampai citra diriku yang susah payah di susuh oleh Vivi itu hancur karena aku salah berpakaian, dan berdandan.

[L]

Aku berdiri di depan sebuah restoran cepat saji sembari melihat sekeliling, aku sudah memberi tahukan keberadaanku pada Iqbal. Pertemuan itu di ajukan, dari yang seharusnya malam menjadi jam pulang kerja. Sembari menunggu aku kembali melihat penampilan ku di kaca restoran cepat saji. Aku mengenakan celana Jean hitam dan atasan berlengan pendek dengan warna mencolok baju ini memiliki model di bagian pundaknya bolong dan lenganya lebar. Aku berharap tidak terlihat konyol dalam balutan outfit ini. mengingat baju yang aku pakai hari ini keluar dari lemari Vivi bukan lemariku.

“Hai, Joana?”

Aku mendongak. “Iya, Iqbal?” Tanyaku

Iqbal tersenyum lalu mengulurkan tangan. “Walau udah kenalan secara Online, kenalin lagi aku Iqal.”

Aku menerima jabatan tangannya dengan kikuk. “Jona,” Jawabku sembari buru-buru menarik tanganku.

“Ngomong-ngomong mau makan di sini?” Ia menunjuk restoran cepat saji yang ada di belakangku.

“Boleh.” Lagi-lagi aku menjawab singkat. Jujur aku menyukai pasar cowok ini. Dia tinggi, rapi. Yah, tau lah penampilan ala cowok metropolitan di sosmed yang terlalu To good to be true untuk ukuran kota kecil ini. Eh tunggu, kenapa aku malah menghakimi penampilan seseorang, ada banyak alasan kenapa ia berpenampilan seperti itu. Aduh apa sih yang salah denganku.

“Kamu lebih pendiamnya dari pada saat chating? Malu?” Uarnya sembari menggandeng tanganku tanpa permisi.

Tungggu! Apa yang terjadi? Apa dia baru saja mengandeng tanganku tanpa persetujuan dariku? Apa ini wajar terjadi saat kencan pertama? Tunggu sepertinya tidak. Merasa tidak terlalu nyaman aku menarik tanganku dan pura-pura mencari ponsel.

Sembari mengatri aku mengetik pesan singkat untuk Vivi. “Cowok apa sih yang lo maskulin kedaftar cowok yang cocok buat gue? Ini cowok aneh sumpah, masak baru sepuluh menit ketemu udah main gandeng aja. wajahnya sama fotonya yang ada di sosmed enggan mirip sayang.”

“Joana sayang ak dari tadi ngomong loh kok enggan di perhatikan.” Aku melongo, Sayang katanya? Sayang kepalanya peyang. Belum ada setengah jam bertemu ia sudah main pegang tanpa izin, manggil sayang, habis ini apa lagi? Sabar Jo, mungkin bagimu ini tidak wajar terjadi saat kencan pertama dengan orang asing. Oke berhubung sudah lama sekali tidak kencan, mungkin ini wajar terjadi. Mari kita berpikiran positif.

“Iya ada apa?”

“Mau yang mana?”

Aku menatap jajaran menu sejenak kemudian berkata. “Terserah.”

“Oke sama kayak punyaku saja ya?”

Lihat selengkapnya