Looking For Hubby

Veninda Oktaviana
Chapter #3

Semesta Banyu Miler

Gentelman itu tidak bisa didapatkan begitu saja seiring dengan bertambahnya usia. Gentelman itu di dapatkan dari didikan orang tua dan lingkungan sosialnya — Yang lagi terpesona pada anak SMA, Joana

Kita kembali masuk ke dalam mall. Kita berjalan beriringan dan baru aku sadari bahwa anak ini memiliki tinggi yang sangat luar biasa, kalau dilihat mungkin sekitar seratus delapan puluh centil lebih, membuatku yang hanya memiliki tinggi seratus lima puluh lima lebih sedikit terasa seperti kurcaci.

“Kakak aku tahu aku ganteng, jadi lihatnya bisa aja kak. Asian nanti kalau sakit leher.” Anak itu tertawa renyah dan aku uh ikut tertawa.

“Jadi mau keyboard gaming?” tanyaku tanpa tendeng aling-aling.

Ia tidak menjawab, ia malah merentangkan sebelah tangannya membuatku terhenti, Tak lama ada beberapa tumpukan kardus tas yang jatuh di hadapanku.

“lain kali kalau jalan lihat-lihat kak, tiga kali menyelamatkan nyawa kakak lo. Ngomong-ngomong soal keyboard, bagaimana kalau kita makan dulu aku lapar. Pulang sekolah langsung ke sini soalnya.” Aku mengeryit, sepertinya aku akan di lak sampai habis oleh anak ini. keluar dari terkaman buaya rawa malah masuk perangkap singa. Hadehh

“Oke mau makan apa?”

“Rame yang baru buka di kedai atas.” Aku jenguk setuju.

Anak ini sepertinya betul-betul berencana membuatku bangkrut, ia tidak cukup memesan satu jenis amen, tapi ia juga memesan makanan berat lainnya, camilan dan jangan lupakan empat jenis minuman yang berbeda.

“Kakak enggan pesan?”

“Nggak usah habis makan tadi.”

“Sama garangan satu itu?” Tanyanya sinis dan aku hanya bisa mengangguk. “Kenapa sih ka—“

“Totalnya 250 ribu.” Ujar kasir dan memotong pembicaraan kita. Aku mengeluarkan dompet dan hendak membayar. Akan tepi tanganku di tahan oleh tangan kiri anak itu sedangkan tangan yang satunya sibuk menerima kembalian.

“Biar aku yang bayar, emang anak SMA punya uang sebanyak itu?” Protesku.

Ia menyerahkan nampan berisi nomor meja kepadaku sembari tertawa cekikinan. “Tenang kak aku kaya raya,”

Anak ini sombong sekali.

“Silahkan duduk.” Ia menarik kursi untukku, aku mematung terpesona oleh tingkahnya yang sering aku jumpai di film-film bergenre romance. “Aku kaya raya soalnya habis malak dua kakakku, belum lagi uang saku dari kakek dan mama.” Ia tersenyum bangga. Tetap saja kan itu bukan uangnya sendiri ia mendapatkan uang itu dari kerja keras orang-orang di sekitarnya. “Kemarin tim game online ku juga menang turnamen, dapat uang juga lumayan kalau cuma buat traktir kakak cantik kayak kakak.” Anak ini lagi-lagi tersenyum kali senyumannya di hiasi oleh lengung pipi yang luput aku perhatikan sebelumnya.

“Aduh adik masih bau matahari, omongannya manis pisan calon playboy masa depan ini.” ledekku. Ia menanggapi ledekanku dengan senyuman. “Kenapa menyelamatkan ku?” Tanyaku.

“Aduh kakak udah di selamatkan malah tanya alasannya. Aneh.”

“Lah aku ingin tahu kita engga saling kenal loh sebelumnya. lagi pula jarang ada orang asing yang mau nolong orang asing lainnya.”

“hem, iya sih emang. Awalnya aku juga mau bodoh amat sama kakak tadi, Cuma semakin lama gelagat kakak aku lihat dari belakang kayak lagi sakharotulmaut ya udah aku tolong aja siapa tau jadi pahala buatku.” Ujarnya enteng

“Terima kasih banyak, sudah membaca kodeku dengan sangat baik.”

“Sama-sama, Tapi kita bel—“ perkataan anak itu terhenti dengan kedatangan pelayan yang membawakan seluruh pesanannya.

“Terimaksih kak.” Ujar anak itu pada pelayan sembari senyum sumeringah.

Aku menatap anak ini Penh kekaguman, sedetik kemudian mataku fokus pada badge namanya yang tertutup oleh jaket.

“Semesta Ba,” Bacaku, huruf setelahnya tertutup jaket. “Nama kamu siapa?” Tanyaku. Ia sibuk menata makanannya, beberapa bahkan sudah tersaji di depanku.

“Miler.”

“Miler? Tadi di situ,” Aku menunjuk seragamnya. “tulisannya, Semesta Ba—entah siapa.”

“Ah ini,” Ia menyibak sedikit jaketnya dan melihat badge namanya. “Semesta Banyu Miler. Nama lengkapku. Dulu kata ibu aslinya namaku Sesmesta Banyu Mili, tapi karena kata ibu kurang keren pas membuat akta kelahiran diganti jadi, Semesta Banyu Miler.”

“Unik.” Pujiku jujur. “Namaku Joana, salam kenal Miler.”

“Dimakan kak jangan bengong menikmati ketampananku nanti seambet.” Candanya. Aku pun tertawa. “Oh iya, yang tadi engga gratis loh kak. Harus di bayar mahal.”

Lihat selengkapnya