Sudah dua Minggu Alana bersekolah di Academy. Hari ini seperti biasanya sebelum masuk kelas Alana dan kawan-kawan sarapan di cafetaria.
"Ternyata pelajaran di Academy sangat susah" eluh Nasa.
"Benar apalagi di kelas mantra sihir jangankan sihir itu berhasil membaca mantranya aku cuma bisa mangap-mangap aja" curhat Freya.
"Kami mengerti perasaan kalian, semangatlah lama-lama kalian akan bisa kok" ucap Cloe mewakili teman-temannya.
"Bagaimana denganmu Alana?" tanya Grace penasaran.
"Jangan tanyakan dia, sudah pasti dia bisa melakukan semua itu. Dia unggul di semua pelajaran dan bahkan sudah bisa membaca tulisan dunia saat hari pertama kelas tambahan. Aku iri padamu Al" ujar Freya.
"Wah benarkah? Kau bisa sudah bisa membaca tulisan dunia sihir, bagaimana bisa?" Cloe terkejut tak menyangka.
Alana tersenyum kecil, "Karna-"
"Karna dia Alana" potong Nasa dan Freya dengan nada malas. Mereka sudah hapal betul Alana akan jawab apa.
"Ya, karna aku Alana maka aku melakukannya" ucap Alana datar namun terlihat keren.
"Wah dia sangat angkuh. Tapi tak masalah, karna jika punya kelebihan maka sudah sepatutnya dipamerkan. Benarkan?" ujar Kevin sok keren.
"Halah kau cuma mengulang perkataan Darren" jengah Bryan.
"Aku memang belajar dari Darren hehe" Kevin cengengesan sambil merangkul Darren disampingnya.
"Kau hebat juga Alana" puji Lio, dia biasanya hanya diam menyimak tapi dia benar-benar kagum dengan kemampuan Alana.
"Kak Lio bahkan memujimu, artinya kau benar-benar mengagumkan Alana" ucap Bryan.
"Terimakasih" Alana dengan datar dan sibuk dengan sarapannya.
'Dia sangat mencurigakan, jika memang itu karna dia jenius tapi tetap saja tidak masuk akal' batin Darren.
'Dia sangat hebat, aku jadi ingin melihat kemampuannya langsung' batin Adriel.
"Wah Alana bisa jadi saingan-mu Ren" kata Kevin.
"Hanya seorang gadis dari dunia manusia" Darren meremehkan.
Alana tersenyum miring, "Kita bisa berduel, itu pun jika kau berani pengeran" tantangnya.
"Baik tapi jangan menangis jika kau kalah"
"Tidak akan"
"Dua Minggu dari sekarang, bagaimana?" tanya Darren.
"Setuju" balas Alana.
Keduanya berbicara dengan nada tajam, seketika meja mereka menjadi arena bagi dua orang berwajah datar itu.
Skip
Kini Alana, Nasa dan Freya sudah masuk kelas. Beberapa jam pelajaran telah berlalu.
"Baiklah anak-anak saya materi kita sudah cukup sampai disini, untuk pertemuan selanjutnya di kelas bertarung ini kita akan praktik. Sebelum itu kalian harus memiliki senjata masing, oleh karna itu sebelum kelas selesai kita akan ke ruang senjata. Saya tunggu disana" Mr Andre setelah itu menghilang.
Semua murid langsung berhamburan keluar kelas dan pergi ke ruang senjata.
"Al ayo nanti kita telat" ujar Nasa hendak menarik tangan Alana.
"Lepas earphone-mu Al, kamu dengar gak sih Mr Andre suruh kita ke ruang senjata sekarang" ucap Freya.
Alana melepas earphone-nya, "Tenang saja kita akan sampai lebih dulu" ucap Alana.
"Maksud-"
Alana menggunakan Teleport-nya, dan belum sempat Freya selesai bertanya kini mereka sudah tiba di ruang senjata.
"Wah kalian sudah datang, bagaimana bisa secepat sekali?" ujar Mr Andre.
"Teleport" jawab Alana.
Mr Andre hanya mengangguk paham, sedangkan Nasa dan Freya terkejut mendengarnya.
"Kau bisa teleport Alana? Sejak kapan?" tanya Freya.
"Minggu lalu" jawab Alana asal.
"Basic power-mu muncul secepat itu? Aku masih terkejut" kata Nasa menggeleng tak menyangka.
"Kapan ya basic power kita muncul?" tanya Freya pada Nasa.
Tak lama murid-murid lainnya sampai di ruang senjata.
"Sudah semua?"
"Sudah Mr"
"Baik sekarang saya akan jelaskan bagaimana cara kalian mendapatkan senjata. Kalian cukup masuk dan berkeliling, nanti senjata itu akan bereaksi dengan sendirinya. Jika kalian melihat senjata yang bersinar atau bergerak-gerak maka ambillah, itu artinya senjata itu memilih kalian. Kalian tidak bisa memilih senjata, kalian tidak bisa mengambil senjata semau kalian, senjata itu tidak akan berpindah dari tempatnya jika bukan karna keinginannya sendiri. Kalian mengerti?" jelas Mr Andre.
"Mengerti Mr" jawab mereka.
"Silahkan kalian berpencar, setelah mendapatkan senjata langsung kembali kesini untuk melapor"
Setelah itu semua murid berpencar, termasuk Alana yang pergi berpisah dengan sahabat-sahabatnya.
Alana POV
Jujur aku sangat antusias dalam pelajaran kali ini. Kami akan memilih senjata dan pertemuan selanjutnya kami akan mulai bertarung sungguhan, ini paling ku nantikan sejak pertama masuk. Selama berlatih di dunia manusia bersama Luna aku selalu memakai senjata dari element, aku belum pernah memegang senjata sungguhan, itu sebabnya aku saat menantikan saat ini.