Keesokkan harinya
Di cafetaria
Hari ini lebih cerah dari biasanya, karna hari ini adalah hari libur. Semua murid Academy telah merencanakan masa libur mereka masing-masing, begitu juga Alana.
Pagi ini seperti biasa Alana dan kawan-kawannya sarapan bersama sambil diselingi canda tawa mereka.
"Wah jadi Alana pindah ke kelas kalian?" Grace mendengar cerita Kevin.
"Iya, dan dia duduk di samping Darren" jawab Kevin menunjuk Darren.
"Bukannya mereka gak akur?" bisik Bryan.
"Memang. Makanya tengkukku sering terasa dingin karna di belakangku ada mereka" jawab Cloe berbisik juga.
"Sampai kapan kalian akan mengobrol? Sekarang hari libur cepat selesaikan makan kalian lalu nikmati hari ini" tegur Lio.
Keempat remaja itu cengengesan, "Iya kak Lio"
Di tengah mereka ternyata ada dua orang yang merasa sedih. Mereka adalah Freya dan Nasa.
'Alana dan yang lain sudah ada di kelas Middle dan Senior, kapan aku bisa seperti mereka?' batin Nasa.
'Alana naik ke kelas Middle, sekarang hanya aku dan Nasa yang di kelas Junior' batin Freya.
'Akhir-akhir ini Alana juga selalu sibuk dengan urusannya. Aku rindu kami saat di dunia manusia'
Alana melirik pada dua sahabatnya itu, 'Aku terlalu fokus pada diriku sendiri sampai lupa pada mereka' batinnya.
"Teman-teman karna sekarang libur bagaimana kalo kita main ke pusat kota?" usul Kevin.
"Memang boleh pergi keluar Academy?" tanya Nasa.
"Asal izin pada Mr Criss tentu boleh, lagipula ada cucunya disini iya kan Kak Riel?" Kevin menaikturunkan alisnya sambil melihat kearah Adriel.
"Iya biar aku yang urus" pasrah Riel.
"Oke berarti sudah di putuskan" antusias Kevin bersorak.
Skip
Di halaman depan Academy
"Kamu gak mau ikut?" tanya Freya pada Alana.
Alana menggeleng, "Aku mau di kamar saja" katanya.
"Ya sudah kami pergi ya" ucap Freya lalu pergi bersama Nasa serta para pangeran dan putri.
"Ya hati-hati" ucap Alana melambaikan tangan.
Setelah mereka tidak lagi kelihatan, Alana kembali masuk ke gedung Academy.
Kamar Alana
Alana manonton layar laptopnya sambil sesekali menyunggingkan senyum miringnya. Di laptopnya itu, ia melihat rekaman CCTV yang ia taruh di sekitar Academy.
Video itu menunjuk keadaan di belakang gedung asrama. Tiga orang murid laki-laki berkumpul dan tampak membicarakan sesuatu.
"Gadis yang mendapatkan dragon sword itu pindah ke kelasku" kata seorang laki-laki.
"Benarkah?" tanya temannya.
"Awasi dia terus, ada kemungkinan dia gadis dalam ramalan itu" jawab orang satunya lagi.
"Sang legenda?" tanya kembali orang yang tadi bertanya.
Orang yang tadi menjawab mengangguk, "Jika ada yang mencurigakan lapor padaku. Dan jangan lupa lapor pada ayah bahwa dragon sword itu sudah tidak ada di ruang senjata"
"Baik Prince" dua orang itu menunduk hormat.
Lalu laki-laki itu pergi dan hanya tinggal dua laki-laki yang menunduk hormat tadi.
"Dia sudah pergi?" tanya satunya.
"Sudah" lalu mereka mengangkat kembali kepalanya.
"Hei kau awasi dia, hei kau lapor pada padaku, hei kau ini, hei kau itu, dia cuma bisanya mengatur kita saja. Padahal kan kita bertiga yang ditugaskan oleh King Lucifer untuk memata-matai Academy tapi kenapa hanya kita yang bekerja?" eluhnya kesal.
"Hugo jaga ucapanmu, jika prince tau kau akan kehilangan nyawamu" tegur temannya.
"Rayn tapi benar kan?"
"Sudahlah, kita lakukan saja tugas kita. Kau dengarkan mereka akan ke pusat kota, ayo kita juga ke sana sekarang" orang bernama Rayn lalu menghilang bersama Hugo.
Alana menutup layar laptopnya.
'Benar kata Luna, putra Lucifer ada di Academy ini' batin Alana sambil menopang dagu.
'Rayn, dia orang yang sekelas denganku. Selanjutnya orang bernama Hugo dan Prince Darkness itu aku harus mencari informasi tentang mereka' batinnya bersambung.
Alana kemudian membereskan meja belajarnya, meregangkan ototnya sebentar lalu pergi berteleport ke suatu tempat.
Di tengah hutan tak jauh dari Academy
Alana telah membuat sebuah dimensi buatan untuk tempatnya berlatih. Di sana di tengah lapang yang luas dan dikelilingi pepohonan itu Alana mengayunkan pedangnya, di hadapannya Dewa Ales yang menjadi lawan bertarungnya sekarang.
Trangg..
Tringgg...
Sringg..
Sringggg...
Whusss...
Awalnya permainan mereka tampak imbang, tapi lama kelamaan semakin memanas.
"Awas kakimu Al"
"Perhatikan postur-mu"
"Bagaimana kau bisa mengalahkan lawan mu kalau mengayunkan pedang begitu?"
Cerocos Dewa Ales selama pertarungan, itulah cara Dewa Ales menguji fokus Alana. Alana yang tadinya melawan balik serangan Dewa Ales kini hanya mampu bertahan. Serangan Dewa Ales tidak main-main, namanya saja latihan tapi ini seperti pertarungan sungguhan.
TRANG!
Pedang Alana terlempar jauh. Melihat Alana yang kehilangan senjatanya Dewa Ales langsung mengakhiri pertarungan dengan menghunuskan pedangnya pada tubuh Alana.
JLEB.
"Ukh!" ringis Alana memegangi perutnya.
Pedang Dewa Ales tersebut kini menembus tubuh Alana. Namun tak lama pedang itu menghilang menjadi butiran cahaya.
Alana menjatuhkan tubuhnya berbaring di tanah dengan napas tersengal. 'Ini gila.' pikirnya sekarang.
Dewi Alexa yang tadi hanya menonton lalu mendekat kearah keduanya. "Kau keterlaluan Dewa Ales" kata Dewi Alexa membela Alana.
"Ya benar!" seru setuju Alana dalam posisi duduk di tanah.
"Dia bahkan sudah membunuhku berulangkali" mata tajam Alana menatap kesal Dewa Ales di depannya.
Dewa Ales tidak mengindahkan tatapan Alana, "Dia yang akan melawan Lucifer, dia harus lebih hebat dari siapapun karna itu dia harus berlatih keras Dewi Alexa. Lagipula itu hanya pedang ilusi" ujarnya pada Dewi Alexa.
Memang benar yang Dewa Ales bilang, Alana harus berlatih lebih keras karna dia orang terpilih yang harus mengalahkan kegelapan.
"Walau hanya ilusi kau tidak tau rasanya saat ada pedang yang menancap ke tubuhmu. Kau bahkan pernah memenggal kepala ku rasanya nyawaku hampir keluar kau tau!" kesal Alana.
"Jangan manja Alana. Musuhmu nanti tidak akan ada yang berbelas kasih padamu, jika lengah sedikit kau bisa langsung tiada. Saat kita berlatih aku juga akan benar-benar menjadi musuh seperti itu dengan begitu barulah kau bisa belajar, kau akan tau apa yang menjadi kekurangan atau kelemahanmu dan kau juga tau apa akibatnya jika kau salah melangkah sedikit saja. Jika begini saja kamu mengeluh, bagaimana kamu bisa mengalahkan Lucifer(?)" jelas Dewa Ales menegur Alana dengan tegas.
Alana sekarang mengerti apa maksud dan tujuan Dewa Ales.
"Dengan kemampuanmu sekarang jangan kan Lucifer, mungkin kamu akan kalah melawan pangeran Darren" kata Dewi Alexa ikut berpendapat.
"Masih ada waktu sebelum semua itu" ucap Alana sembari bangun.
"Ayo Dewa Ales kita kembali berlatih" Alana kembali bersemangat. Ia bertekad untuk menang baik Lucifer atau Darren, ia harus menang walau harus mati berulang kalipun.
"Baik" Dewa Ales tersenyum tipis.
Alana kembali melanjutkan latihannya bersama Dewa Ales dan Dewi Alexa.
Di waktu yang bersamaan
Pusat Kota Darold