Alana POV
Ku pikir setelah latihan dengan Dewa Ales dan Dewi Alexa selesai aku akan banyak waktu santai, ternyata tidak juga.
Hari ini aku akan ke perpustakaan, siapa tau ada buku yang bisa membantu ku mempelajari keadaan dunia sihir di masa sekarang. Kenapa aku bilang begitu? Karna untuk sejarah dunia sihir di masa lalu secara keseluruhannya aku sudah tau dari Luna dan Dewa Ales serta Dewi Alexa, namun aku tidak tau bagaimana keadaan dunia sihir di masa sekarang dan sebenarnya aku ingin mencari tau soal keluargaku, keluarga kerajaan Darold Kingdom.
Oh ya, mengingat luka di tanganku itu masih belum sembuh sampai hari ini. Sepertinya aku harus menunggu ini sembuh dengan sendirinya.
Sesampainya disana terlihat perpustakaan sangat sepi, syukurlah aku jadi bisa memilih buku dengan bebas. Aku terus berjalan menyusuri rak-rak buku mencari buku yang menarik untuk ku baca.
Skip
Sudah ada beberapa buku di tanganku, diantaranya buku-buku pelajaran dan juga buku tentang Darold Kingdom. Aku belum menemukan buku tentang perubahan atau jati diri sebenarnya yang di maksud Luna kala itu, sebenarnya buku tentang itu juga salah satu tujuan ku kesini. Syukurlah aku bisa menemukan buku tentang kerajaan Darold, semoga aku juga bisa menemukan potret orangtuaku di buku itu.
Pletakk
"Aw" ringisku pelan akibat sebuah bola aneh jatuh tepat di kepalaku.

'Bola apa ini? Bentuknya menarik kubawa saja deh' batinku lalu memasukan bola itu ke saku hoodie ku.
Lalu aku kembali mencari buku sampai mataku jatuh ke buku berwarna biru disisinya terdapat ukiran emas yang cantik. Namun sayang, letak buku itu terlalu tinggi untukku capai, aku berusaha mengambil buku itu dengan berdiri jinjit sampai melompat-lompat tapi sia-sia saja buku itu tak bisa kugapai.
Hingga dari belakang ku muncul tangan besar yang mengambil buku tersebut.
"Dasar pendek!" ledeknya, membuatku langsung berbalik.
Aku mendongak melihat siapa itu. Mata kami saling bertatapan beberapa detik membuat suasana menjadi hening, wajah kami berjarak sangat dekat kurang lebih 5 cm bahkan aku bisa merasakan deru nafasnya. Sadar akan posisi kami yang terlalu dekat aku langsung memutus tatapan kami, mendorong tubuhnya menjauh.
"Aku tidak pendek, Pangeran Darren" ucapku datar lalu pergi duduk disalah satu bangku yang tidak jauh dari sana. Ya orang tadi adalah Darren.
"Kalo tidak pendek kenapa kau tidak bisa mengambil buku itu sedangkan aku saja bisa?" ucapnya lalu duduk di bangku kosong didepanku.
"Kau yang terlalu tinggi" ucapku datar memperhatikan buku ditangannya. Judulnya tercetak jelas pada sampul buku itu 'The Lost Princess'.
"Aku sudah mengambilkan buku itu seharusnya kau berterimakasih padaku?" ucapnya sembari menyodorkan buku itu padaku.
"Terimakasih" ucapku datar karna malas berdebat dengannya.
Aku mulai membaca buku yang paling menarik perhatianku itu, buku dengan judul 'The Lost Princess'. Buku itu menceritakan tentang kisah sebelum tiga orang putri kerajaan diasingkan mulai dari turunnya ramalan, penyerangan kerajaan sampai akhirnya putri tersebut diasingkan, aku membacanya sampai halaman terakhir dan ada yang membuatku tertarik.
Terdapat tulisan kecil diujung sangat kecil dan warna tulisannya pun hampir sama dengan warna kertas sehingga sulit untuk dilihat. Aku membaca tulisan itu dengan seksama.
Jika kau yang terpilih maka datanglah bersama mereka untuk berlatih denganku. Aku akan melatih kalian untuk persiapan perang besar, dan mungkin kau juga akan menemukan yang kau cari.
Duldern Syhrendz
'Apa ini petunjuk yang Luna maksud? tapi siapa yang dimaksud dengan 'mereka' dan aku harus datang ke mana lalu siapa Duldern Syhrendz itu' batinku.
Selama aku membaca kurasa Darren selalu menatapku.
'Cantik' batinnya, aku langsung melirik kearahnya yang sedang menatapku sambil tersenyum.
'Sepertinya dia tidak waras' batinku menatapnya aneh.
"Kenapa kau seperti itu?" ucapku datar tanpa melihatnya.
"Memang aku seperti apa?" tanyanya balik masih tersenyum manatapku.
'Fix dia gila' batinku.
"Kau tersenyum seperti orang gila" jawabku menatapnya datar, ia seperti baru sadar dengan apa yang dia lakukan dia langsung duduk tegak dan menghilangkan senyumnya.
"Ti-tidak aku tidak tersenyum" ucapnya salah tingkah, itu membuatku tersenyum tipis kemudian aku kembali membaca buku di tanganku.
'Lucu' batinku.
"Alana" panggilnya.
"Hmm" balasku masih fokus pada buku.
"Maaf untuk yang waktu itu" ujarnya tiba-tiba akupun langsung menatap kearahnya.
"Hm" ucapku.
Sebernarnya aku juga sudah tidak terlalu memikirkannya.
"Apa yang sedang kau cari?"
Dia melihat buku-buku yang kuambil tadi.
"Kau tertarik dengan sejarah Darold Kingdom?" tanyanya.
"Hm" jawabku lalu mengambil buku yang sedang di pegangnya.
Aku membuka buku itu dan mulai membacanya. Beberapa menit aku sudah hampir selesai buku ini, tapi buku ini hanya menjelaskan sejarah berdirinya kerajaan tersebut. Padahal aku ingin melihat potret Raja dan Ratu sekarang.
"Ada yang salah?" Darren menyadari raut ku.